YERUSALEM (Arrahmah.com) – Dalam pidato yang disampaikan menyusul pembebasannya dari penjara pada Selasa, Syaikh Raed Salah, pemimpin Gerakan Islam, mengatakan ia telah menolak tawaran untuk bertemu dengan Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu.
“Saya mengatakan kepada mereka, saya tidak akan bernegosiasi untuk Masjid Al-Aqsha,” katanya. “Al-Aqsha tidak akan tunduk pada negosiasi.”
Pada Selasa pagi, otoritas “Israel” telah membebaskan Syaikh Raed dari penjara, di mana ia ditahan sejak Mei lalu atas tuduhan “menghasut kekerasan”.
Gerakan Islam pimpinan Syaikh Raed dikenal vokal melawan pendudukan “Israel” dan memperjuangkan hak-hak Palestina di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem.
Saat ia di penjara, Syaikh Raed mengungkapkan bahwa petugas intelijen “Israel” menawarkan untuk mengatur pertemuan antara ia dan Netanyahu.
“Kamis lalu (sebelum pembebasan), saya dibawa untuk bertemu dengan pejabat ‘Israel’. Mereka bertanya mengapa saya tetap bersikeras bahwa Masjid Al-Aqsha berada dalam bahaya,” katanya. “Saya mengatakan kepada mereka bahwa aku masih percaya Masjid berada di bawah ancaman.”
Ia menambahkan, bahwa pada Senin, sehari sebelum pembebasannya, pemerintah “Israel” telah mengatakan kepadanya bahwa ia dilarang untuk bepergian ke luar negeri dan memasuki Yerusalem.
“Saya mengatakan kepada mereka, ‘Anda tidak dapat menghancurkan kehendak dan prinsip kami, kami akan mempertahankan keislaman, posisi seluruh Arab dan Palestina, sampai kami bertemu dengan Allah SWT,” katanya sebagaimana dilansir WB.
Syaikh Raed Salah lahir pada tahun 1958 di kota Umm Al-Fahm. Ia belajar Hukum Islam di Universitas Hebron, di Tepi Barat yang di duduki.
Ia menjabat sebagai walikota Umm Al-Fahm selama tiga periode berturut-turut sejak tahun 1987 hingga 2001 dan memimpin cabang utara Gerakan Islam sejak tahun 1996. (fath/arrahmah.com)