JAKARTA (Arrahmah.com) – Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Dr KH Tengku Zulkarnaen, merasa heran dengan lolosnya gerombolan warga Dayak yang menghadangnya dengan senjata tajam mandau yang terhunus hingga ban pesawat yang ditumpanginya.
“Belum pernah ada orang bawa senjata golok sampai ban pesawat, yang diserbu kakek-kakek pakai baju putih berjenggot,” kata Kyai Tengku, dikutip Suaraislam, Ahad (15/1/2017).
“Begitu saya mau turun diserbu pakai mandau,” katanya.
Ini diungkapkan saat dirinya menceritakan kejadian yang menimpa dirinya yang ditolak oleh sejumlah oknum pemuda Dayak saat hendak turun dari pesawat di Bandar Udara Susilo Sintang, Kalimantan Barat, Kamis (12/1) lalu.
Kyai Tengku mengaku datang ke Sintang untuk ceramah memenuhi undangan Bupati Sintang.
“Sampai di sana, ternyata sudah ada orang berbaris pakai pakaian adat, lengkap dengan mandaunya. Wah mau nyambut saya ini,” kata Ustaz Tengku sembari senyum saat menyampaikan ceramah Tabligh Akbar Politik Islam (TAPI) ke-7 di Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad pagi (15/1).
Tidak tahunya, lanjut Kyai Tengku, mereka lalu membentangkan spanduk “Bubarkan FPI”. “Begitu saya mau turun diserbu pakai mandau. Berkat pertolongan Allah nggak kena. Saya tangkis, saya kan pernah belajar kungfu,” ungkapnya.
Wakil Ketua Majelis Fatwa Mathla’ul Anwar ini heran. Ia mengaku telah mengunjungi 35 negara di dunia, tapi tidak pernah mendapatkan fenomena orang membawa golok hingga sampai ban pesawat.
“Belum pernah ada orang bawa senjata golok sampai ban pesawat, yang diserbu kakek-kakek pakai baju putih berjenggot,” kata Kyai Tengku.
Kyai Tengku mengaku tetap dilarang turun meskipun ia telah mengaku dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). “Saya mau turun nggak boleh. Besoknya saya datang lagi, sudah tidak ada lagi penolakan,” lanjutnya.
Tengku difitnah
Kyai Tengku pun membantah semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Seperti tuduhan pernah mengatakan Dayak sebagai kafir.
“Kapan saya ngomong begitu. Kalau ada dimana, kapan, screenshoot. Kalau ada di YouTube kasih polisi,” tantangnya.
Atas kejadian itu, Kyai Tengku merasa curiga. Sebab dikatakan penolakan itu sebagai aksi spontan. Seolah mereka hendak menjemput Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, tetapi gubernur tidak datang. Lalu, alasan penolakannya karena dalam rombongan ada GNPF dan FPI.
“Kalau spontan, kok ada spanduknya ya?. Apa mau sambut gubernur bawa spanduk. Terus masa sambut gubernur juga bawa ayam. Anehnya, polisi kok diam sampai sekarang?,” tanya dia.
Atas kejadian ini, Kyai Tengku berkesimpulan negara ini haruslah diubah secara total, termasuk aparat kepolisiannya.
“Negara ini harus diubah total. Sak polisi-polisinya harus diubah. Tapi nggak bisa (mengubah) kalau umat Islam sontoloyo. Harus berani,” serunya.
Ada gerakan aneh
Pada bagian lain, doktor bahasa Inggris ini juga merasa ada gerakan aneh di negeri ini. Ia merasakan sepuluh tahun terakhir, bahkan dua tahun terakhir makin aneh saja.
“Nggak boleh kita mengatakan kalimat Cina. Kalau bilang Cina dibilang rasis, sara,” kata mubaligh yang pernah jadi PNS selama 30 tahun ini.
Padahal, kata dia, Cina sendiri namanya Republik Rakyat Cina (People’s Republic of China), pesawatnya namanya China Airlines, makanannya Cina, dan gadisnya Cina.
“Petainya Cina. Masa besok beli petai Tiongkok. Kok kayaknya kita dijajah betul,” sambungnya.
Kyai Tengku menegaskan bila dirinya juga merupakan keturunan Cina. “Saya tidak rasis. Saya anak Cina, bini saya Cina, orang tua saya Cina, kakek nenek saya Cina. Mau apa?,” tandasnya, demikian dikutip Suara Islam.
(azm/arrahmah.com)