YERUSALEM (Arrahmah.com) – Mufti Yerusalem pada Jumat (13/1/2017) menyebut rencana presiden terpilih AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan besar AS untuk “Israel” dari Tel Aviv ke Yerusalem merupakan serangan terhadap ummat Islam di seluruh dunia.
“Janji untuk memindahkan kedutaan bukan hanya serangan terhadap warga Palestina tetapi terhadap Arab dan Muslim, yang tidak akan tinggal diam,” kata Muhammad Hussein dalam khotbah di masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem.
Ada beberapa peringatan bahwa langkah tersebut akan menjadi pengakuan Yerusalem sebagai ibukota “Israel” dan bisa mengobarkan ketegangan di Timur Tengah dan mungkin akan menenggelamkan apa yang tersisa dari upaya perdamaian.
“Pemindahan kedutaan tersebut melanggar piagam internasional yang mengakui Yerusalem sebagai kota yang diduduki,” kata Hussein dalam khutbahnya.
“Israel” menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur pada tahun 1967. “Israel” kemudian mencaplok Yerusalem Timur dalam tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Muhammad Shtayyeh, seorang pejabat senior Palestina dan anggota komite pusat Fatah, mengatakan bahwa pemimpin Palestina sudah diberi tahu oleh kontak diplomatik bahwa Trump kemungkinan akan menelepon mengenai pemindahan tersebut dalam pidato pelantikannya pada 20 Januari.
Palestina telah menambahkan isu ini ke agenda pertemuan para menteri luar negeri Organisasi Kerjasama Islam pada tanggal 19 Januari di Malaysia, tambahnya.
(ameera/arrahmah.com)