(Arrahmah.com) – Tragis. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang dialami umat Islam Rohingya. Mereka dikejar bagaikan binatang buruan. Para perempuan diperkosa, dianiaya, lalu dibunuh; anak-anak, orangtua, kaum laki-laki disiksa lalu dibantai dengan senjata tajam, senjata genggam, dan sejata laras panjang. Tangis yang menjerit dari anak-anak dan kaum perempuan tak juga menghentikan perilaku kejam, bengis, dan tak berperikemanusiaan itu.
Para pemburu dan pembunuh itu adalah tentara pemerintah berbaju loreng, para bhiksu lengkap dengan atribut kebhiksuannya, dan kafir-kafir Myanmar yang haus darah dan mata yang menatap nanar. Mereka biadab dan bar-bar, yang mestinya sudah tidak terjadi lagi di era moderen ini.
Lalu, dimana suara pemimpin negeri (yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia) ini? Dimana? Kami mencarinya sampai ke gang-gang sempit, ke kampung-kampung kumuh, di sekitar bantaran-bantaran sungai, tempat mereka suka blusukan. Nihil. Tak ada yang bisa ditemui.
Ketika kota tua di Suriah, yang sudah berdiri 2000 tahun sebelum Masehi, Aleppo, diratakan oleh rezim Syiah yang dibantu oleh Rusia dan Iran, dimana posisi pemimpin negeri ini?
Tatkala Al-Qur’an dinista oleh seorang kafir, ketika etnis Rohingya dibantai, ketika Muslim Suriah dibumihanguskan, dimanakah suara pemimpin negeri berpenduduk 250 juta ini? Dimana suara kaum liberal yang selalu nyaring membela HAM itu?
Tidak. Sekali lagi, tidak. Mereka tidak ada di tempat, tidak pula mengupayakan perdamaian. Tidak juga bersuara sekedar untuk menunjukkan protes atas nama kemanusiaan. Tak ada empati, apalagi solusi. Mereka bahkan terbang ke negeri Syiah, yang ikut memborbardir Aleppo. Pemimpin macam apa ini? Yang tidak punya empati pada saudara-saudaranya yang Muslim?
Jika para pemimpin negeri ini diam atas semua penindasan tersebut, Ya Rob, berilah kami kekuatan untuk bangkit. Satukan kami dalam barisan shaf yang hak dan menegakkan Dien secara paripurna. Pisahkan kami dengan kaum munafik yang berbaju liberal itu, yang sok membela HAM kaum tertindas, tapi bisu-tuli ketika yang menjadi korban umat Islam.
Ya Allah, satukan kami bagaikan satu tubuh, sebagaimana disabdakan oleh Baginda Rasulullah Shalllahu ‘alaihi wa Sallam:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih, sayang dan kecenderungan jiwa (simpati) seperti perumpamaan jasad/tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh akan merasakannya, yaitu tidak bisa tidur dan (sakit) demam.
(H.R. Ahmad, Baihaqi, Muslim, Thabrani dan Qudha’i)
Ya Allah, Muslim Rohingya dan Muslim Aleppo dicabik-cabik oleh rezim yang tak berperikemanusiaan, rasa pahit, getir, dan menyayat-nyayat nurani ini, remuk-redam merasakan penderitaan saudara-saudara kami itu. Ya Rob, persaksikan bahwa kami, kaum mukminin-mukminat adalah satu tubuh, yang merasakan sakit sekujur badan ketika ada bagian tubuh yang mengalami luka.
Muslim Rohingnya dan Muslim Aleppo dibantai dan dibumihanguskan, kami di sini merasakan betapa sakit, perih, dan terkoyak-koyak tubuh ini. Air mata tak lagi terbendung, jantung kami berdetak kencang, kulit-kulit kami mendesir, amarah kami tertahan dalam kepalan tangan. Allahu Akbar!
Saat ini, saudara-saudara Muslim kami di Myanmar dan Suria sedang diburu, disiksa dan dibantai, maka satukan kami untuk membela mereka, dengan apa saja yang kami punya, tanpa harus mengandalkan pemimpin negeri yang tak mau peduli pada nasib mereka itu.
Ya Hayat ya Bashir, persaksikanlah bahwa kami akan berjuang secara totalitas dengan segala yang kami miliki: harta, jiwa, dan lisan(tulisan) kami. Ketika harta, jiwa, dan lisan kami tak mampu membendung laju pembantaian atas saudara-saudara kami, maka do’a adalah senjata pamungkas kami.
Wahai mukminin dan mukminat, berdo’alah untuk saudara-saudara kita yang ada di Myanmar dan Aleppo, dengan sesungguh-sungguhnya. Berdoalah untuk mereka dalam sujud-sujudmu yang panjang, dalam qunut-qunut yang kau panjatkan. Berdoalah setiap waktu, juga di waktu-waktu yang mustajab, antara adzan dan iqomat, sebelum salam setiap kali shalat, sepertiga malam yang terakhir, setiap Jum’at sebelum matahari terbenam, serta ketika hujan membasahi bumi.
Ya Rob, tangan ini tak mampu lagi menyentuh huruf-huruf untuk merakit kata-kata dan merangkai kalimat. Ya Allah, Ya Rob, berilah kami kekuatan untuk membela agama-Mu, membela makhluk-Mu, dan mengenyahkan kedurjanaan di muka bumi. Berilah kami pemimpin-pemimpin yang amanah, yang mampu menjaga kepercayaan masyarakat dan agamanya, yang mampu menegakkan kalimah tauhid di bumi-Mu ini.
Ya Allah ya Rozak, gantilah pemimpin-pemimpin yang dzolim, pemimpin-pemimpin yang tak punya empati pada kaum yang tertindas, pemimpin-pemimpin yang tak punya ghirah, pemimpin-pemimpin yang munafik. Ya Rob, gantilah mereka dengan pemimpin yang mukmin, yang selalu menjalankan syariat-Mu.
Ya Rob, kabulkanlah do’a-do’a tulus kami yang datang dari segala penjuru negeri untuk menembus langit-Mu….
Ya Rob, ampuni kami, sekiranya kami belum maksimal berbuat untuk saudara-saudara kami yang diburu dan dibunuh …
Ya Rob, tunjukkan jalan-Mu agar kami bisa berbuat lebih maksimal lagi…
Al-Faqir Ilallah –Herry Mohammad, di laman Pemakmur Masjid
(*/arrahmah.com)