DAMASKUS (Arrahmah.com) – Warga Damaskus berebut air bersih setelah pasukan rezim menyerang wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah yang merupakan sumber utama mata air di lembah terdekat, menyebabkan terhentinya pasokan air bersih selama hampir dua minggu.
Terhentinya pasokan merupakan tantangan besar bagi rezim Asad untuk menjaga ibukota terisolasi dan tak tersentuh efek dari konflik Suriah yang telah berlangsung selama hampir enam tahun.
“Saya telah berhenti membersihkan rumah, mencuci piring atau pakaian. Kami tidak lagi mandi,” ujar Mona Maqssoud (50), penduduk Damaskus. Ia mengatakan warga hanya mengandalkan tangki air yang datang sesekali dan memberikan 5 galon (20 liter) air untuk setiap rumah, dan itu tidaklah cukup, lansir Zaman Alwasl pada Selasa (3/1/2017).
“Kami memohon kepada supir (untuk kembali) ke lingkungan kami, namun mereka menolak.”
Pemutusan sejak 22 Desember adalah yang terpanjang yang disaksikan oleh Damaskus, ujar penduduk yang sebelumnya hanya merasakan pemutusan berselang.
Pejuang Suriah telah lama menguasai Wadi Barada, lembah di barat laut Damaskus di mana sungai dengan nama yang sama mengalir ke ibukota. Sungai Barada dan mata airnya, Ain Al-Fijeh, menyediakan 70 persen air untuk Damaskus dan sekitarnya.
Rezim dan pejuang Suriah sebelumnya telah melakukan kesepakatan untuk mejaga layanan air agar tetap mengalir. Namun kesepakatan berakhir ketika pasukan rezim Asad dan milisi Syiah “Hizbullah” pendukungnya, menyerang lembah, rumah bagi sekitar 100.000 orang.
Media yang dijalankan oleh aktivis Suriah di Wadi Barada mengatakan jet tempur rezim dan Rusia telah membombardir fasilitas pengolahan air Ain Al-Fijeh, menghantam depot bahan bakar dan mencemari aliran air. Mereka juga mengatakan sistem kontrol listrik juga telah hancur.
Abu Muhammad Al-Bardawi, seorang aktivis mengatakan setidaknya dibutuhkan waktu dua bulan hingga fasilitas bisa bekerja kembali. (haninmazaya/arrahmah.com)