JEDDAH (Arrahmah.com) – Sesi ke-11 menteri-menteri informasi Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jeddah, Rabu lalu (21/12/2016), menyerukan Kelompok Duta OKI di luar negeri untuk mengawasi kegiatan media dan berinteraksi dengan media asing demi mendukung isu-isu Islam, Bakhtiar News Agency (BNA) milik Afghanistan melaporkan pada Sabtu (24/12).
Konferensi ini diadakan dengan tema “Peran Media Baru dalam Menghadapi Terorisme dan Islamofobia.”
Para menteri informasi juga menggarisbawahi perlunya pembentukan hubungan yang lebih erat dengan lembaga-lembaga masyarakat sipil negara anggota OKI, dan berkoordinasi dengan mereka untuk melayani masalah umat Islam di bidang media dan hubungan masyarakat.
Dalam konferensi, Deputi Menteri Informasi dan Kebudayaan Afghanistan, Sayeda Mojgan Mostafavi, mengatakan bahwa negara-negara Islam memiliki budaya dan agama yang sama dan menghadapi tantangan dan masalah yang sama.
Dia menunjukkan bahwa Islam saat ini sedang dicitrakan sebagai agama yang kasar di mana perang, kekerasan, konflik dan bencana alam di negara-negara berkembang menjadi berita utama atas sebagian besar negara maju di dunia.
“Kabar yang berhubungan dengan negara-negara Islam selalu menjadi terdistorsi dan diedit dan bahkan terjadi pertukaran informasi yang tidak sepatutnya. Sekitar 80 persen dari populasi dunia menghasilkan lebih dari 20 persen berita global.”
“Kantor berita dan media terkenal di dunia telah mendistorsi berita negara-negara Islam ‘sesuai dengan gaya mereka sendiri’,” katanya.
Dia mengkaim bahwa perang hari ini bukanlah perang fisik, melainkan perang media dan informasi.
“Oleh karena itu adalah tugas dari negara-negara Islam adalah untuk menunjukkan citra Islam yang sebenarnya kepada dunia,” tambahnya.
Menurut Mostafavi, media dan kebebasan berekspresi merupakan nilai-nilai fundamental dari negara-negara demokratis. Ia pun menambahkan bahwa media bisa memainkan peran yang efektif dalam perkembangan sosial, budaya, politik dan ekonomi. (althaf/arrahmah.com)