Oleh : Tatang Hidayat
Ketua Umum Kajian Islam Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
(Arrahmah.com) – Sungguh sangat menyedihkan jika ada anak ayam yang kehilangan induknya, ketika anak ayam tersebut ada yang mau menyakiti dan memangsanya, maka ia tidak akan ada yang melindungi dan membelanya. Analogi anak ayam yang kehilangan induknya mungkin bisa digunakan untuk menggambarkan keadaan ummat Islam saat ini. Bagaimana tidak, ummat Islam saat ini sedang mengalami berbagai penderitaan yang tidak berkesudahan dan tidak ada yang melindunginya.
Masih hangat dalam ingatan kita, Aksi Damai 411 dan 212 yang terjadi di negeri ini, dikarenakan sikap pernyataan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang diduga menistakan al-Quran surat al-Maidah ayat 51 yang sampai saat ini kasusnya belum selesai, dan belum menemukan titik terang bahkan kasusnya sampai berlarut-larut.
Tidak lama kemudian, kita mendengar apa yang terjadi yang dialami saudara-saudara kita di Rohingya Myanmar, Pemandangan yang sangat kejam dan mengerikan sebagai gambaran genosida militer Myanmar terhadap ummat islam Rohingya di utara Rakhine. Human Rights Watch (HRW) menyatakan, ratusan rumah suku Rohingya di desa-desa dihancurkan hingga luluh lantak oleh militer Myanmar. (Republika.co.id, 19/11/2016)
Pembantaian ummat Islam yang terjadi di Rohingya Myanmar sampai saat ini belum juga selesai, kini ummat Islam dikejutkan kembali dengan berita duka dari negeri yang di berkahi, yakni Aleppo Suriah. Melalui sebuah pernyataan pada Selasa, 13 Desember 2016, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sedikitnya 82 warga sipil yang tewas diduga dibunuh pasukan pendukung rezim Presiden Bashar Al-Assad di beberapa bagian yang terkepung di Aleppo. (Tempo.co, 13/12/2016)
Ditengah keputusasaan, karena tidak pedulinya dunia internasional terhadap tragedi kemanusiaan di Aleppo, membuat warga Aleppo menyebar ucapan selamat tinggal lewat media sosial. Kelambanan global dalam membantu warga di Suriah, membuat penderitaan mereka yang terjepit ditengah konflik semakin menyedihkan, demikian Deutche Welle, Rabu (Kompas.com, 14/12/2016).
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Forbes Kerry menuduh rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad melaksanakan pembantaian singkat di Aleppo. Kerry juga juga menuduh sekutu Assad, Rusia dan Iran melakukan kebrutalan biadab terhadap warga sipil di wilayah itu. (Republika.co.id, 16/12/2016)
Sungguh manusia manapun yang masih memiliki hati dan berjiwa manusia akan tersentuh dan meneteskan ari mata ketika harus menyaksikan anak-anak yang tidak berdosa harus menjadi korban, anak-anak kecil di Aleppo harus kehilangan ayah dan ibunya, perempuan diperkosa, laki-lakinya dibunuh, bangunan-bangunan hancur berserakan. Berbicara tentang situasi Aleppo, pasti yang jiwanya masih manusia akan tersentuh hatinya, dan ini yang dirasakan oleh salah seorang menteri di Swedia Alice Bah Kuhnke sampai meneteskan air mata, Kamis (15/12), ketika berbicara tentang situasi di Aleppo. (Republika.co.id, 16/12/2016)
Alice Bah Kuhnke saja meneteskan air mata ketika berbicara tentang Aleppo, bagaimana dengan kita selaku ummat Nabi SAW? bukankah Nabi SAW begitu besar cintanya kepada ummat? kini kita menyaksikan ummat yang dicintai oleh Nabi SAW sedang menderita, maka sikap diamnya kita terhadap hal ini, menunjukkan jika kita sudah merasa paling mencintai Nabi SAW, kemudian diam melihat ummat Nabi SAW menderita, tentunya perasaan cinta kita kepada Nabi SAW perlu di evaluasi, apakah kita benar telah mencintai Nabi SAW dengan sebenar-benarnya cinta? Begitu banyak hadits-hadits yang menjelaskan bagaimana cintanya Nabi SAW kepada ummatnya, apalagi begitu banyak hadits-hadits khusus yang menjelaskan tentang keutamaan tanah Syam. Keberkahan tanah Syam, do’a Nabi SAW untuk tanah Syam dan para malaikat menaungi tanah Syam dengan sayapnya.
Saat ini, tanah Syam terdiri dari 4 negara, yakni Suriah, Yordania, Palestina dan Lebanon. Begitu banyak hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan tanah Syam.
“Sebagian ummatku ada yang selalu melaksanakan perintah Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang keputusan Allah, dan mereka senantiasa dalam keadaan demikian. Mu’adz berkata: dan mereka ada di Syam.” (HR.Bukhari)
Nabi SAW sampai mendo’akan keberkahan untuk tanah syam, dan harapan Nabi SAW agar penduduknya dijauhkan dari keburukan dan musibah.
Ya Allah, berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah berdoa: Ya Allah berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat masih bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah SAW menjawab: Di sana (nejed) terjadi gempa dan huru-hara, dan di sana muncul dua tanduk syetan. (HR. Bukhari)
Negeri Syam sampai dinaungi oleh sayap malaikat.
“Suatu kebaikan untuk negeri Syam” Kami bertanya: Kenapa demikian ya Rasulullah?Rasulullah menjawab: “Karena malaikat Ar-Rahman melebarkan sayapnya padanya”. (Sunan Tirmidzi)
Syam akan menjadi pusat negeri Islam di akhir Zaman
“Salamah bin Nufail berkata: aku datang menemui Nabi SAW dan berkata: aku bosan merawat kuda perang, aku meletakkan senjataku dan perang telah ditinggalkan para pengusungnya, tak ada lagi perang. Nabi SAW menjawab: Sekarang telah tiba saat berperang, akan selalu ada satu kelompok ditengah ummatku yang unggul melawan musuh-musuhnya, Allah sesatkan hati-hati banyak kalangan untuk kemudian kelompok tersebut memerangi mereka, dan Allah akan memberi rizki dari mereka (berupa ghanimah) hingga datang keputusan Allah (Kiamat) dan mereka akan selalu demikian adanya. Ketahuilah, pusat negeri Islam adalah Syam. Kuda perang terpasang tali kekang di kepalanya (siap perang), dan itu membawa kebaikan hingga datangnya Kiamat.” (HR. Imam Ahmad)
Kemudian Syam akan menjadi benteng terakhir ummat Islam ketika terjadi perang akhir zaman
“Auf bin Malik al-Asyja’iy berkata: Aku menemui Nabi SAW lalu aku ucapkan salam. Nabi SAW: Auf ? Aku: Ya, benar. Nabi SAW: Masuklah. Aku: Semua atau aku sendiri? Nabi SAW: Masuklah semua. Nabi SAW: Wahai Auf, hitung ada enam tanda Kiamat. Pertama, kematianku. Aku: Kalimat Nabi SAW ini membuatku menangis sehingga Nabi SAW membujukku untuk diam. Aku lalu menghitung: satu. Nabi SAW: Penaklukan Baitul Maqdis. Aku: Dua. Nabi SAW: Kematian yang akan merenggut ummatku dengan cepat seperti wabah kematian kambing. Aku: Tiga. Nabi SAW: Konflik dahsyat yang menimpa ummatku. Aku: Empat. Nabi SAW: Harta membumbung tinggi nilainya hingga seseorang diberi 100 dinar masih belum puas. Aku: Lima. Nabi SAW: Terjadi gencatan senjata antara kalian dengan Bani Ashfar (bangsa pirang), lalu mereka mendukung kalian dengan 80 tujuan. Aku: Apa maksud tujuan? Nabi SAW: Maksudnya panji. Pada tiap panji terdisi dari 12.000 prajurit. Benteng ummat Islam saat itu di wilayah yang disebut Ghouthoh, daerah sekitar kota Damaskus.” (HR. Imam Ahmad)
Catatan: Daerah bernama Ghauthah masih ada hingga kini, tak berobah namanya, dan letaknya memang dekat Damaskus.
Pasukan terbaik akhir zaman ada di Syam dan Allah menjamin kemenangan mereka.
“Pada akhirnya ummat Islam akan menjadi pasukan perang: satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan lagi di Iraq. Ibnu Hawalah bertanya: Wahai Rasulullah, pilihkan untukku jika aku mengalaminya. Nabi SAW: Hendaklah kalian memilih Syam, karena ia adalah negeri pilihan Allah, yang Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya, jika tak bisa hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah minum (hewan kalian) dari kolam-kolam (di lembahnya), karena Allah menjamin untukku negeri Syam dan penduduknya.” (HR. Imam Ahmad)
Syam adalah negeri titik temu dan titik tolak
“Kalian akan dikumpulkan di sana – tangannya menunjuk ke Syam – jalan kaki atau naik kendaraan maupun berjalan terbalik (kepala di bawah) … “(HR. Imam Ahmad)
Disamping kejadian yang ada di Syam merupakan salah satu skenario akhir zaman yang akan dilewati oleh ummat manusia, tentunya kita sebagai ummat Nabi SAW tidak akan membiarkan dan tidak peduli dengan kejadian yang ada di Syam dengan alasan karena sudah ditakdirkan ataupun berbagai alasan lainnya. Karena, sesama ummat Nabi SAW itu bagaikan satu tubuh, ketika tubuh yang lain sakit, maka semua tubuh pasti akan merasakan kesakitan.
Tetapi dalam kenyataannya, hati ini begitu berat untuk peduli kepada sesama ummat Nabi SAW, ummat Nabi SAW di sana banyak yang menderita, didzalimi, kelaparan, dibantai, terombang ambing dilautan, muslimah dilecehkan, diperkosa, laki-laki dibunuh, anak-anak meraskan ketakutan, tangisan mereka terdengar setiap hari karena harus kehilangan ayah dan ibunya. Penderitaan yang dialami ummat Nabi SAW di Aleppo Suriah dan di negeri-negeri
Muslim lainnya, ini menunjukkan ummat Islam saat ini kehilangan induknya, yakni seorang sosok pemimpin yang akan melindungi kaum Muslimin.
Dari berbagai tragedi kemanusiaan yang menimpa ummat Nabi SAW dimanapun berada. Pertanyaannya, Dimana para pejuang hak asasi manusia yang selama ini di gembar-gemborkan, dimana para pejuang toleransi yang selama ini di eluk-elukan, dimana negara-negara barat yang selama ini rajin membicarakan perdamaian, ketika yang menjadi korbannya adalah ummat Nabi SAW. Kemudian yang paling menyesakkan dada kita adalah diamnya para penguasa Muslim, mereka tidak peduli atas darah yang mengalir di tanah Suriah. Bahkan, penguasa di negeri ini yang mayoritas muslimpun sampai saat ini belum bertindak, minimal mengeluarkan pernyataan mengutuk pembantaian yang terjadi di Suriah. Berbanding terbalik, seandainya yang menjadi korban tragedi kemanusiaan adalah di Negara Perancis, Amerika, Inggris, dan Negara barat lainnya, pastilah para penguasa Muslim paling depan dan cepat tanggap mengeluarkan pernyataan berbela sungkawa.
Kita hanya bisa melihat penderitaan mereka, kita terlalu sibuk dengan cita-cita, mengejar seberapa banyak harta yang bisa di raih, hanyut dalam hawa nafsu, mengejar cinta yang tidak ada kepastian, terbawa dalam gemerlap kehidupan dunia, dan sibuk mengejar semua ambisi-ambisi dunia yang tidak akan terselesaikan, karena ada penyakit al-wahn sudah melekat dalam diri kita, yakni cinta dunia dan takut mati. Tentunya kita akan malu ketika suatu saat nanti harus bertemu dengan Nabi SAW.
Wahai kaum muslimin, apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk menolong warga muslim di Aleppo Suriah, maka lakukanlah semampu kita, sertakan do’a untuk mereka disujud kita. Apa yang terjadi di Aleppo Suriah menunjukkan untuk kesekian kalinya, bahwa ummat Islam diseluruh dunia amat menantikan kehadiran kepemimpinan umum seluruh kaum Muslimin yang akan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan dalam segala sendi kehidupan dan merindukan sosok seorang khalifah yang akan melindungi kaum Muslimin, dengan bersatunya ummat Islam di bawah satu kepemimpinan, akan menjadikan ummat Islam kembali memiliki kemuliaan dan kekuatan. Lalu dengan kekuatan itu akan membebaskan negeri-negeri Muslim lainnya, termasuk di Suriah dari penguasa dzalim. Dengan demikian Islam Rahmatan Lil’Alamin dapat terwujud dengan segera.
Dan engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang dzalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (QS. Ibrahim:42)
Wallahu’alam bi ash shawab
(*/arrahmah.com)