YERUSALEM (Arrahmah.com) – Seorang anak Palestina berusia sembilan tahun berbicara tentang bagaimana tentara pendudukan “Israel” menculiknya, memukulinya, menginterogasi dan menyiksanya, sebagaimana dilansir Days of Palestine, Kamis (8/12/201).
Saya sedang bermain dengan teman-teman saya di daerah dekat Dinding Apartheid “Israel” sekitar pukul 4 sore ketika seorang patroli “Israel” tiba-tiba muncul. Dua tentara membuka gerbang di dinding dan mulai mengejar kami.
Kami takut dan mulai berlari, tapi tentara berlari lebih cepat dan berhasil mengejar kami. Mereka juga menembakkan granat kejut ke arah kami.
Ketika mereka menangkap salah satu teman saya, saya berhenti berlari dan mereka juga menangkap saya. Mereka tidak memberitahu saya mengapa mereka menahan saya.
Tak lama setelah itu sebuah jip militer tiba dan saya dimasukkan ke belakang jip. Saya disuruh duduk di lantai. Saya menolak dan ingin duduk di kursi tetapi tentara memaksa saya untuk duduk di lantai.
jip melaju selama sekitar 30 menit ke pos pemeriksaan Al-Jalama. Anak-anak lain yang ditangkap bersama saya mengatakan bahwa itu Al-Jalama.
Saya dibawa ke sebuah halaman. Tentara kemudian meminta saya untuk menyebut nama dan usia saya . Dia mulai berbicara dalam bahasa Ibrani, tapi saya tidak mengerti apa yang ia katakan.
Ketika mereka menyadari bahwa saya tidak faham bahasa mereka, tentara yang lain datang dan berbicara dalam bahasa Arab dengan saya. Dia bertanya mengapa saya melemparkan batu ke arah tentara “Israel”? Ketika saya menjawab: saya tidak melakukannya, dia menampar wajahku tiga kali dan kemudian pergi.
Saya tetap berada di halaman selama sekitar 30 menit dan kemudian saya dibawa ke sebuah ruangan gelap bersama dengan anak-anak yang lain, termasuk saudara saya. Saya duduk di lantai. Saya tetap berada di sana selama sekitar dua jam.
Setelah dua jam, saya dibawa bersama dengan anak-anak yang lain ke sebuah ruangan. Di sana ada kamera dan komputer. Tentara “Israel” menutup mata saya dan kemudian membawa beberapa kasur dan mengatakan kepada kami untuk tidur. Mereka juga membawa beberapa apel dan roti untuk kami.
Saya tidur sampai sekitar pukul 1 malam, ketika tentara masuk dan mengatakan kepada saya bahwa mereka akan melepaskan saya. Tapi, sebelum membawa saya ke jip militer, seorang tentara memukul kepala dan dada saya beberapa kali sampai darah mulai mengalir dari mulut dan hidung.
Seorang dokter militer datang dan membersihkan darah di wajah dan pakaian saya. Dia memasangkan perban di mulut saya dan satu perban kecil di dalam hidung saya.
Kemudian, mereka membawa saya ke belakang sebuah jip. Saya tertidur. Jip melaju menuju pos pemeriksaan Salem. Saya diserahkan kepada polisi Palestina. Ayah saya datang menjemput dan membawa saya pulang.
(ameera/arrahmah.com)