JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Dewan Penasihat Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI , Habib Muhammad Rizieq Syihab dalam agenda evaluasi aksi bela Islam 2 Desember mengatakan, seharusnya secara logika aksi super damai tersebut gagal. Sebab, banyak faktor yang menghambat massa datang ke kawasan Monas, Jakarta.
Habib Rizieq menuturkan, salah satu upaya menghambat massa datang ke Jakarta, yakni adanya helikopter yang diturunkan di Pelabuhan Bakauheni. Menurut dia, heli tersebut sengaja untuk mencegah rombongan massa aksi sehingga tidak bisa menyeberang ke Pelabuhan Merak.
“Sampai tentara yang bawa itu pesawat, nangis di pintu pesawat. Kenapa dia nangis, karena umat mendesak supaya kapal disingkirkan. Di satu sisi dia ingin bersama rakyat, di sisi lain dia ditekan atasan. Itu kejadian di mana-mana,” kata dia dalam agenda evaluasi aksi 2 Desember, Ahad (4/12/2016)., dikutip Republika.
Belum lagi, kata Habib Rizieq, massa aksi asal Sumatera Barat yang terhambat akibat terhenti di tengah perjalanan selama 6 jam. Mereka yang berangkat menggunakan puluhan bus ini, tidak bisa melintasi jembatan. Aparat petugas yang berjaga di jembatan tersebut beralasan jembatan itu sedang rusak sehingga harus mendapat perbaikan.
Namun, Habib Rizieq yakin jembatan tersebut sebetulnya tidak rusak. “Jadi, kalau kita pakai logika, maaf, mestinya aksi 212 itu gagal. Artinya gagal, kempes. Jangan kan untuk berlipat ganda, untuk menyaingi aksi bela islam 1 atau 2 saja itu enggak bisa,” ujar dia.
(azm/arrahmah.com)