Mantan agen Dinas Rahasia Rusia (FSB) yang tewas karena racun polonium 210, Alexander Litvinenko, dimakamkan kemarin. Sejumlah media melaporkan, upacara pemakaman kritikus Kremlin itu berlangsung secara kekeluargaan. Kendati sebelum meninggal Litvinenko minta dimakamkan secara Muslim, keluarga menyelenggarakan upacara pemakaman nonreligius.
Upacara pemakaman yang waktunya dirahasiakan itu dihadiri sedikitnya 30 kerabat dekat Litvinenko. Mereka berdatangan dari Rusia, Italia, juga Amerika Serikat (AS). Menurut seorang kerabat Litvinenko yang minta namanya dirahasiakan, upacara pemakaman tersebut dilangsungkan di kawasan utara London.
Upacara terpisah diselenggarakan di Masjid Taman Regent, London. Ayah Litvinenko, Walter, dilaporkan menghadiri upacara di masjid tersebut bersama pentolan oejuang Chechnya, Akhmed Zakayev. Kerabat Litvinenko mengatakan, ayah tiga anak itu sudah menjadi Muslim sebelum meninggal. Hal yang sama diungkapkan Walter kepada Radio Free Europe, beberapa waktu lalu. “Litvinenko masuk Islam dua hari sebelum ajal menjemput,” kata Walter.
Meski begitu, pihak keluarga memutuskan menyelenggarakan upacara pemakaman nonreligius. Menurut kerabat Litvinenko yang berasal dari Rusia, pihak keluarga tidak ingin aktivis 44 tahun itu terlihat seperti ekstremis. “Keluarga khawatir musuh Litvinenko memanfaatkan upacara pemakaman (secara Muslim) untuk menyebutnya ekstremis Islam,” paparnya.
Mantan rekan seprofesi Litvinenko, Alexander Goldfarb, tidak yakin jika ayah tiga anak itu sudah resmi menjadi Muslim. Namun, dia mengatakan bahwa Zakayev memang pernah mengunjungi Litvinenko saat masih dirawat di University College Hospital pada 22 November.
“Litvinenko bukan orang yang religius. Istrinya mengatakan, upacara pemakanam Litvinenko tidak akan diselenggarakan menurut agama tertentu,” ujar Goldfarb.
Jenazah Litvinenko yang terkontaminasi polonium 210 dibaringkan dalam peti mati tradisional tertutup rapat sebelum dimakamkan. Menurut Badan Perlindungan Kesehatan Inggris, polonium 210 yang terkandung pada tubuh Litvinenko tidak akan membahayakan orang lain jika peti matinya tertutup rapat. “Mereka menyarankan pihak keluarga menunggu 22 tahun jika ingin mengkremasi jenazah Litvinenko,” tambah Goldfarb.
Saat menghadiri upacara pemakaman kemarin, Zakayev mengatakan, Moskow berada di balik kematian Litvinenko. “Saat polisi mengatakan Litvinenko terkontaminasi polonium 210, saya langsung mengaitkannya dengan kematian beberapa warga Chechnya beberapa waktu lalu. Gejalanya sama persis. Karena itu, saya yakin Moskow juga menggunakan polonium 210 untuk membunuh orang-orang Chechnya,” ujarnya kepada Sky News, kemarin.
Sementara itu, polisi Inggris memutuskan Litvinenko tewas karena dibunuh. Sejak Rabu lalu, mereka memperlakukan kasus kematian Litvinenko sebagai pembunuhan. Tim investigasi yang melakukan penyelidikan di Moskow telah mewawancarai lima orang yang diharapkan bisa memberikan titik terang.[ap/afp/rtr/jp/cha/hidayatullah]