Rokok diisi dengan daun anggur, bukan tembakau, kebun-kebun dibangun di atap rumah dan baterai sumber tenaga didapatkan dari sepeda yang telah berkarat, di lingkungan timur Suriah, kebutuhan merupakan ibu dari penemuan.
Lebih dari 250.000 orang telah berada di bawah pengepungan oleh rezim Asad di wilayah yang dikuasai oleh Mujahidin Suriah di lingkungan timur Aleppo sejak Juli lalu, tanpa akses bantuan, pangan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Blokade itu telah memicu kelangkaan parah dan harga yang melangit untuk barang-barang kebutuhan harian yang tersedia, memaksa warga untuk menemukan cara-cara ivatif untuk mengatasi kekurangan tersebut.
“Kami sudah dipaksa kembali ke Zaman Batu,” ujar Khaled Kurdiyah yang tinggal di distrik Karam Al-Jabal, Aleppo timur, mengatakan kepada AFP.
Kurdiyah adalah penemu “the can”, sebuah wadah logam yang dilengkapi engan kipas untuk membuat bara api yang terkontrol yang dijadikan sebagai pengganti kompor gas.
Pria berusia 25 tahun tersebut memotong beberapa kayu dan melemparkannya ke dalam wadah penyok, menyalakan api lalu meletakkan teko di atasnya.
“Dengan cara ini, kita dapat mengarahkan kobaran api dari kayu ke arah tertentu untuk membuat api lebih besar karena terbatasnya kayu bakar kami,” ujarnya.
Seperti banyak barang kebutuhan harian lainnya, bensin dan diesel menjadi semakin berharga di Aleppo timur, di mana listrik yang dikelola oleh negara sebagian besar terputus.
Beberapa warga telah mengembangkan sistem untuk mencairkan sisa plastik menjadi bahan bakar, yang kemudian digunakan untuk menjalankan generator listrik.
Namun proses tersebut bisa menghasilkan ledakan tak terduga dan mematikan.
Jadi, Abu Rahmo telah mengembangkan bentuk energi bersih, menggunakan kekuatan pedal.
Dalam lokakarya di lingkungan Anshari, mekanik berusia 48 tahun itu melas dinamo-generator kecil yang digunakan untuk mengisi baterai mobil-ke belakang sepeda tua.
“Kami tidak memiliki listrik maupun generator, jadi saya mengambil dinamo dari mobil dan menyatukannya ke sepeda untuk mengisi baterai mobil,” ujarnya.
Baterai bisa digunakan untuk menyalakan lampu, mengisi baterai ponsel, dan bahkan menghidupkan mesin cuci, menurut Abu Rahmo.
Ia menjual satu sepeda setiap beberapa hari dengan harga sekitar 10.000 pound Suriah atau setara dengan 20 USD.Setelah penjualan telah disepakati, ia membawa alat ke rumah pembeli untuk memperlihatkan cara kerjanya.
Seorang remaja kurus mengayuh sepeda yang dijual Abu Rahmo, terus mengayuhnya sampai bola lampu menyala.
Hanya beberapa meter dari distrik Kalasseh, Amir Sendeh yang berusia 28 tahun membuka pintu logam dan menghilang di halaman belakang.
Dia memeriksa beberapa ayam, yang sangat berharga di tempat seperti Aleppo, sebelum naik ke atap.
Ada kotak busa putih yang diatur dalam barisan yang rapi, beberapa dari mereka ditumbuhi dengan kecambah hijau.
“Saya membeli beberapa bibit dan menanamnya di atap rumah saya,” ujar Sendeh sambil memegang tanamannya.
Sejak pasukan rezim Asad mengepung Aleppo pada Juli lalu, makanan menjadi sulit ditemukan atau harganya sangat mahal.
Harga gula sudah naik hampir sepuluh kali lipat dan bahan-bahan salad seperti tomat harganya meningkat lima kali lipat dari sebelum pengepungan.
Sehingga beberapa warga Aleppo memilih untuk bercocok tanam di atas rumah mereka untuk kebutuhan mereka sendiri.
“Sekarang saya punya lobak, peterseli, dan segera saya akan memiliki bayam” ujar Sendeh dengan penuh kebanggaan. (haninmazaya/arrahmah.com)