(Arrahmah.com) – Sepanjang sejarah Republik kita, dan penyaksian saya terhadap gerakan-gerakan perubahan, sebagai aktifis politik sejak muda dan termasuk penggiat demonstran tahun 1966, 1978, dan 1998, belum pernah terjadi demo rakyat secara menyeluruh yang lebih besar dari aksi 4 November 2016. Khusus di Jakarta, belum pernah ada sebesar dan setertib ini. Masalah tuduhan penistaan al-Qur’an oleh Ahok, telah menjadi perhatian di seluruh tanah air dan dunia, sehingga aksi demontrasi menyebar luas ke berbagai daerah dan juga terjadi di berbagai negara.
Sangat disayangkan bahwa Presiden Jokowi tidak merespon semestinya, malah meninggalkan istana untuk sekedar meninjau proyek KA di Cengkareng. Presiden juga tidak sensitif dengan menugaskan anggota kabinet untuk menerima perwakilan massa yang lantas ditolak. Kemudian Presiden menugaskan kepada Wapres Jusuf Kalla, dan akhirnya perwakilan demo terpaksa menerima. Padahal kita semua tahu, sasaran yang dituju oleh demontran adalah bertemu langsung dengan Presiden Jokowi. Hal ini menunjukkan sikap politik Presiden yang terlalu menganggap remeh masalah ini.
Kita maklum antara Wapres JK dan umat Islam tidak ada permasalahan. Yang ada ialah kecurigaan dari umat, bahwa antara Presiden Jokowi dan Gubernur Ahok, terjalin kerjasama saling melindungi.
Sikap Presiden yang tidak sensitif, tidak aspiratif, dan menghindar dari tanggung jawab dalam menghadapi demonstran menimbulkan ekses terjadinya kerusuhan sesaat dibeberapa titik. Sulit diperhitungkan bahwa kalau Presiden tidak cepat tanggap dan tetap berkeras hati dengan sikap politiknya ini, kita tidak tahu sampai kapan kesabaran rakyat menanti aspirasinya terpenuhi. Dan ancaman bahaya yang paling mengerikan, jika aspirasi rakyat tidak diakomodir secara bijak, bisa terjadi konflik horizontal yang pasti akan lebih sulit mengatasinya.
Dalam keadaan demikian, ancaman kekerasan yang dihadapkan kepada rakyat berdasarkan pengalaman tidak akan mempan. Kita percaya bahwa Presiden tidak akan mempertaruhkan kepercayaan rakyat yang telah memilihnya, lalu menempuh jalan represif.
Tuduhan Presiden, bahwa ada aktor politik yang menunggangi aksi demonstrasi, haruslah bisa dibuktikan, karena telah menimbulkan masalah baru di kalangan rakyat, dan bisa berakibat kesulitan tersendiri bagi Presiden.
Pernyataan saya ini bukanlah berasal dari menara gading, tapi saya turun langsung, mulai dari kebersamaan saya dengan para ulama dan tokoh Islam di Istiqlal, kemudian berbaur langsung dengan massa pendemo. Malah saya sempat didaulat untuk berorasi di belakang Istana Negara. Bahkan beberapa lembaga pendidikan yang saya bina juga ikut berdemonstrasi.
Salam perjuangan,
A.M. Fatwa
(*/arrahmah.com)