JAKARTA (Arrahmah.com) – Aksi unjuk rasa damai Bela Islam II telah berakhir hari ini (5/11/2016) setelah demonstran melakukan kesepakatan dengan pemerintah yang diwakili oleh MPR dan Komisi III DPR. Hasil dari kesepakatan tersebut adalah, kasus penistaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan segera diproses.
Selama aksi unjuk rasa berlangsung, Jurnalis Islam Bersatu (JITU) hadir di tengah-tengah pengunjuk rasa hingga aksi unjuk rasa berakhir, sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di lapangan mulai dari suasana yang kondusif hingga kerusuhan di menit-menit terakhir.
Berikut adalah pernyataan JITU soal aksi damai Bela Islam II dan kericuhan di menit-menit terakhir yang diterima oleh arrahmah.com:
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh
Berdasarkan pantauan lapangan wartawan Jurnalis Islam Bersatu, aksi damai bela Islam atau aksi bela Qur’an pada 4 November 2016 yang dilakukan oleh 1 juta ummat Islam, menjelang dan pada saat aksi secara umum berlangsung tertib dan damai. Namun aksi yang penuh kedamaian ini ternoda karena tiba-tiba terjadi kericuhan di menit-menit terakhir. Karena itu, sebagai jurnalis yang berada di tempat kejadian, Jurnalis Islam Bersatu (JITU) menyampaikan beberapa kesaksian berikut:
1. Kami di barisan terdepan melihat bahwa insiden di menit-menit terakhir dipicu oleh tindakan kepolisian yang mengarahkan tembakan gas air mata ke arah para ulama yang pada saat itu justru berusaha menenangkan massa yang terprovokasi. Tidak benar bahwa insiden ini diakibatkan oleh peserta aksi.
2. Kami mendengar dan melihat bagaimana para tokoh ulama dan masyarakat baik di barisan terdepan sampai belakang, berharap bertemu dengan presiden Jokowi untuk menyampaikan tuntutan. Namun kami juga melihat fakta tidak adanya tanda-tanda persiden Jokowi akan menemui para peserta aksi.
3. Kami mendengar dan menyaksikan begitu besarnya keinginan masyarakat Muslim yang melaksanakan aksi maupun yang tidak hadir, untuk menuntut Ahok yang dinilai Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menistakan Al-Qur’an ke pengadilan secepatnya. Karena itu, kami menghimbau kepada para ulama agar tidak berhenti menyuarakan aspirasi umat Islam tersebut
4. JITU juga memandang ada arus ketidakpercayaan umat Islam kepada media-media tertentu. Hal ini dipicu oleh sikap media massa tersebut yang tidak adil dalam memberitakan aksi damai bela Islam. Oleh karena itu, JITU menyerukan agar wartawan tetap bersikap profesional dan dapat menggunakan hati nuraninya dalam membuat berita.
Wassalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, Sabtu 5/11/2016
Tertanda
Agus Abdullah
Ketua Umum JITU
(haninmazaya/arrahmah.com)