ALEPPO (Arrahmah.com) – Pejuang dan rakyat Suriah pada Jum’at (4/11/2016) tidak menunjukkan tanda-tanda meninggalkan wilayah yang dikuasai oleh pejuang di lingkungan timur Aleppo yang terkepung, meskipun Rusia memberikan batas waktu dan akan melanjutkan pemboman pada malam hari setelah jeda 17 hari.
Para pejuang melakukan serangkaian aksi pembalasan dengan melepaskan tembakan ke lingkungan barat yang dikuasai oleh rezim Nushairiyah pimpinan Bashar ASad. Puluhan orang dilaporkan tewas dalam seminggu terakhir saat pejuang Suriah melancarkan serangan balik dari luar kota yang bertujuan untuk memecahkan pengepungan, lansir Zaman Alwasl.
Rezim mengirim ambulans dan bus untuk membawa orang keluar dari zona yang terkepung seperti yang telah dilakukan di waktu lain selama jeda, tapi masih belum ada tanda-tanda bahwa siapa pun akan meninggalkan wilayah itu.
“Tidak ada yang bisa dilakukan. Tidak ada yang bisa menghentikan jet-jet tempur,” ujar Bebars Mishal, pejabat “White Helmet”, kelompok penyelamat yang beroperasi di lingkungan timur Aleppo.
Moskow dan Damaskus mengatakan jeda mereka akan berakhi pada pukul 07.00.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, kelompok pemantau yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa sekitar pukul 8.30 waktu setempat tidak ada tanda pemboman udara di bagian tngah kota.
Rezim Nushairiyah dan sekutunya mengklaim bahwa mereka hanya menargetkan “militan”, namun hingga saat ini ribuan warga sipil telah menjadi korban serangan pengecut mereka.
Pemboman telah sengaja menargetkan rumah sakit, pekerja bantuan dan pabrik roti dan itu merupakan kejahatan perang. Pejuang Suriah mengatakan bahwa tujuan dari serangan tersebut adalah untuk mengusir warga sipil yang tetap berada di zona yang terkepun.
“Mereka menyebutnya gencatan senjata. Rezim tidak membiarkan kami mendengar akhir dari itu,” ujar Modar Shekho, perawat di wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di Aleppo timur.
“Seperti biasa, ketika berakhir, mereka akan membiarkan pengeboman longgar. Kami sudah terbiasa dengan ini.”
Tentara rezim yang didukung oleh milisi Syiah asal Libanon, Irak dan Iran serta angkatan udara Rusia, melancarkan serangan besar untuk merebut bagian timur Aleppo pada 22 September.
Aleppo telah menjadi titik fokus dari pertempuran di Suriah yang kini memasuki tahun keenam. Kota ini terbagi dua antara sektor barat yang dikuasai oleh rezim Asad dan timur yang dikuasai oleh Mujahidin. Mendapatkan kontrol penuh atas kota tersebut akan menjadi kemenangan terbesar dalam perang yang telah menewaskan ratusan ribu orang dan mendorong jutaan warga Suriah keluar dari rumah mereka untuk mengungsi. (haninmazaya/arrahmah.com)