IDLIB (Arrahmah.com) – Sebuah kelompok pejuang Suriah yang cukup berpengaruh, Ahrar Syam, pada Ahad (11/9/2016) menolak kesepakatan “gencatan senjata” yang ditengahi oleh Rusia dan Amerika Serikat beberapa jam sebelum kesepakatan tersebut diberlakukan.
Seorang petinggi kelompok yang beraliansi dengan Jabhah Fath Syam, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting di YouTube bahwa kesepakatan itu hanya akan berfungsi untuk memperkuat rezim Bashar Asad dan meningkatkan penderitaan warga sipil, lansir AFP
Ahrar Syam yang memiliki pengaruh di lapangan dalam perang Suriah, adalah kelompok pertama yang secara resmi bereaksi terhadap kesepakatan yang dicapai pada Jum’at (9/9) menyusul pembicaraan di Jenewa.
“Orang-orang tidak bisa menerima solusi setengah,” ujar wakil pemimpin Ahrar Syam, Ali Al-Omar mengatakan dalam pesan video yang diposting di YouTube untuk menandai liburan Hari Raya Idul Adha pada Senin (12/9), di mana “gencatan senjata” akan mulai berlaku, lansir AFP.
“Kesepakatan Rusia-Amerika akan mengirim semua pengorbanan dan keuntungan dari orang-orang kami yang telah bangkit, menjadi asap. Ini hanya akan berfungsi untuk memperkuat rezim dan mengepung militer revolusi.”
Omar juga menolak aspek kesepakatan di mana Washington meyakinkan pejuang oposisi utama untuk mematahkan aliansi mereka dengan Jabhah Fath Syam. Kelompok itu tidak tercakup dalam kesepakatan “gencatan senjata”.
“Ini sederhana, kesepakatan Rusia-Amerika ini dimaksudkan untuk menghapus mereka yang melindungi Suriah,” tulis juru bicara Jabhah Fath Syam, Mostafa Mahamed di akun Twitter.
“Negosiasi dan kesepakatan yang tidak memperhitungkan pejuang di tanah adalah tidak berguna.” (haninmazaya/arrahmah.com)