(Arrahmah.com) – Marwa Atik, seorang gadis Muslim yang berasal dari Suriah yang tinggal di Amerika Serikat mengisahkan peristiwa yang mana dengan peristiwa itu Allah selamatkan keluarganya dari bahaya dan menginspirasinya untuk teguh dalam memakai hijab. Berikut ia mengisahkan sebagaimana dipublikasikan oleh World Bulletin pada Jum’at (26/8/2016).
Pada 1979 kakek saya membuat keputusan untuk meninggalkan rumahnya di Suriah dan memulai hidup baru di Amerika Serikat. Kakek berencana bahwa ia yang datang pertama ke California dan kemudian akan disusul oleh nenekku bersama 7 anak mereka. Mereka memesan penerbangan America Airlines 191 termasuk berhenti di New York dan kemudian menyambung di Chicago sebelum akhirnya tiba di California.
Mereka terlebih dahulu mendarat di New York. Semua imigran harus mengajukan kartu hijau sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Bibiku yang bernama Hala belum lama memakai pakaian Muslimah yang kami sebut hijab. Pada saat waktu pengambilan foto, mereka meminta bibiku itu untuk mencopot hijabnya dan ia berkata TIDAK. Namun mereka terus-menerus mengatakan kepadanya bahwa ia tidak akan bisa pondah ke Amerika atau melanjutkan ke penerbangan berikutnya hingga ia diambil fotonya, tetapi bibiku tetap teguh dan menuntut hak-haknya. Saat itu nenekku menjadi tidak sabar, karena telah terbang melewati separuh dunia dan menghabiskan tabungan mereka untuk tiket ini, ia tidak ingin ketinggalan penerbangan berikutnya. Nenekku memohon dan mengatakan kepada bibi untuk melepas hijabnya dan untuk melakukan hal-hal yang diminta oleh petugas imigrasi, tetapi bibiku terus menolak. Mereka memanggil bibi ke belakang dan ia mengatakan kepada mereka bahwa tidak peduli berapa banyak orang yang kamu panggil [untuk merayu], Aku tidak akan melepas hijabku untuk foto ini.
Setelah para petugas itu memanggil para pengawas mereka dan tiga menit kemudian, akhirnya mereka membebaskan bibiku dan mengizinkannya untuk tetap memakai hijabya saat difoto. Akan tetapi, itu sudah sangat terlambat, seluruh keluargaku telah ketinggalan penerbangan sambung mereka dan mereka harus membeli tiket pesawat baru dan menginap semalam di New York. Marah dan kesal, nenekku menceramahi bibiku sepanjang penerbangan ke California.
Hingga pada akhirnya mereka tiba di LAX California, kakekku menyambut mereka dengan pelukan dan tetesan air mata. Kakek terus mengucapkan “Hamdulillah kalian selamat! Hamdulillah kalian selamat!” dan mereka mereka merasa, ya memangnya mengapa kami harus tidak selamat?
Kakek mengatakan, “Penerbangan kalian yang semula diduga mengalami kecelakaan, dan 271 penumpang semuanya tewas.”
Mereka kemudian terkejut dan sangat bergembira karena mereka diselamatkan oleh Allah. Semuanya menitikan air mata. Ini adalah foto paspor bibiku. Foto ini adalah simbol dari keberaniannya dan cintanya pada hijab yang “menyelamatkan” nyawa keluargaku. Kami tidak akan pernah memulai generasi pertama keluarga kami di Amerika, jika bukan karena keteguhan bibi terhadap apa yang ia yakini.
Kisah ini menjadi pengingat penting bagiku bahwa segala sesuatu telah tertulis dan seseorang harus selalu berprinsip dan kokoh pada keyakinannya tidak peduli situasi bagaimanapun yang engkau hadapi. Allah menguji keimanannya dan jika yang engkau yakini adalah kebenaran, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melupakanmu. Kisah seperti ini membuatku jatuh cinta lagi pada hijab.
Hijab menyelamatkan hidupnya dan begitu juga keluargaku. Ini adalah pengingat bahwa hijabmu layaknya sebuah hubungan, engkau harus selalu mengingatkan dirimu sendiri untuk kuat dan menjaganya agar cinta tetap hidup. Jika engkau melupakan hal yang penting ini, maka lupakanlah dirimu.
Di tengah-tengah Islamofobia tersebar di seluruh dunia, Aku hanya ingin mengingatkan orang-orang akan pentingnya untuk tetap teguh pada agamamu, tidak peduli apa yang orang pikirkan atau katakan.
(siraaj/arrahmah.com)