JAKARTA (Arrahmah.com) – PDIP tak akan mengusung Basuki (Ahok) pada pemilihan kepala daerah DKI 2017 mendatang. Demikian kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti, Fahmi Habsy. Dia meyakini hal itu pasalnya kalkulasi politiknya menunjukkan akan sangat sulit memenangkan calon incumbent yang lebih beken disapa dengan panggilan Ahok itu.
Fahmi mengatakan hal itu guna menanggapi kabar santer yang menyebut PDIP bakal mengusung Ahok. Terlebih, kabar santer menyebut Ahok akan kembali diduetkan dengan Djarot S Hidayat yang juga kader PDIP.
“Percayalah, PDIP pilih cagub yang bisa membuat kader dan akar rumput jadi militan dan mau bangun pagi-pagi ke TPS (tempat pemungutan suara, red). Jadi bukan militansi teman-temanan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (17/8/2016), lansir JPNN..
Dia bahkan mengaku mendapat informasi tentang salah satu partai pendukung Ahok yang bakal membelot jika PDIP mengusung kader sendiri sebagai calon gubernur untuk pilkada DKI yang akan datang.
Dalam hitung-hitungan Fahmi, Ahok bisa-bisa gagal mencalonkan diri jika satu dari tiga partai pengusungnya, yakni NasDem, Golkar dan Hanura hengkang.
Saat ini syarat bagi partai politik untuk mengusung pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur adalah memiliki minimal 21 kursi di DPRD DKI. Hanura saat ini memiliki 10 kursi di DPRD DKI. Sedangkan Golkar punya 9 kursi dan NasDem memiliki 5 kursi.
Karenanya Ahok terancam tak bisa ikut pilkada DKI jika salah satu parpol pendukungnya membelot. “Otomatis Ahok tidak bisa maju cagub, karena tidak cukup kursi, “ujar politisi PDIP yang pernah beradu puisi dengan Fadli Zon dalam masa pilpres 2014.
Bagaimana jika ternyata PDIP memang menduetkan Ahok dengan Djarot?
“Sulit diterima akal jika PDIP sebagai partai militan dan ideologis yang menempatkan kehormatan dan posisi tawar politik tinggi hanya mengusung kader jadi cawagub, dan malah mengusung cagub seperti Ahok yang dikenal sebagai avonturir,” ucap Fahmi.
Sepengetahuan dia, selama ini Ahok merupakan politikus kutu loncat yang berganti-ganti partai demi mendapat posisi. Karenanya jika PDIP mengusung Ahok maka hal itu akan mencederai upaya partai pemenang Pemilu 2014 itu dalam memberi pendidikan politik ke kader dan membangun loyalitas.
Terlebih, kata Fahmi yang juga politikus muda PDIP, partainya kini memiliki sekolah partai untuk menggembleng kader guna disiapkan sebagai calon pemimpin.
“Kalo memang sudah kepepet dan ketika menengok di belakang PDIP hanya tembok, ya apa boleh buat Ahok dijadikan cawagub. Bisa Djarot-Ahok, Risma-Ahok, atau siapapun kader PDIP dengan cawagub Ahok,” pungkasnya
Diketahui Ahok terkenal tidak konsisten. Dari mulai pencalonan jalur perseorangan loncat ke partai politik, berjanji akan naik kendaraan umum ternyata tetap naik mobil pribadi,hingga desakan cuti kampanye bagi petahana Fauzi Bowo saat Pilgub DKI 2012 lalu yang sekarang , sebagai petahana, ditolaknya dengan mengajukan judicial review.
(azm/arrahmah.com)