ANKARA (Arrahmah.com) – Sejauh ini lebih dari 10.400 tersangka telah ditahan pasca kudeta yang gagal Jum’at lalu, ungkap wakil ketua Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Kamis (21/7/2016), sebagaimana dilansir World Bulletin.
Berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan Dewan Pimpinan Pusat AKP, juru bicara Yasin Aktay mengumumkan angka terbaru dari para tersangka yang ditahan sejak kudeta yang gagal.
“Sejauh ini, 10.410 tersangka, termasuk 287 petugas polisi, 7.423 tentara, 2.014 anggota peradilan dan 686 warga sipil telah dibawa ke penjara,” kata Aktay.
Aktay juga mengatakan bahwa Wakil Presiden AS Joe Biden menelpon Perdana Menteri Turki Binali Yildirim dan mengatakan bahwa permintaan resmi Ankara untuk mengekstradisi Fetullah Gulen, tersangka utama terkait upaya kudeta yang gagal pada hari Jumat, akan diteliti dengan seksama dan secepatnya.
Pada hari Selasa, Perdana Menteri Turki menegaskan bahwa permintaan resmi telah dikirim ke AS untuk mengekstradisi Fetullah Gulen yang tinggal di Pennsylvania.
Saat memimpin rapat Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di parlemen di Ankara, Binali Yildirim mengkritik AS karena telah secara bertubi-tubi meminta Turki untuk memberikan bukti keterlibatan Fethullah Gulen dalam kudeta sebelum mengekstradisi dia.
Selain itu, Aktay mengatakan bahwa dia kesulitan memahami kritik dari negara-negara Eropa atas diberlakukannya keadaan darurat diTurki yang telah disetujui oleh parlemen pada Kamis (21/7) selama jangka waktu tiga bulan.
Menyinggung tentang pawai yang akan akan digelar oleh partai oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP), Aktay mengatakan bahwa AKP diundang untuk mengikuti pawai ini pada hari Ahad yang akan diselenggarakan di Taksim Square Istanbul.
“Kami mendapat undangan dari CHP. Terima kasih banyak. Kami akan pergi ke pawai itu,” katanya.
Setidaknya 246 orang, termasuk anggota pasukan keamanan dan warga sipil, telah gugur di Istanbul dan Ankara, dan lebih dari 1.500 lainnya luka-luka ketika mereka memprotes kudeta.
Pemerintah Turki telah mengatakan bahwa upaya kudeta itu dilakukan oleh pengikut Fetullah Gulen, yang dituduh telah lama menjalankan kampanye untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi ke lembaga-lembaga Turki, khususnya militer, polisi, dan pengadilan, dan membentuk apa yang disebut “negara paralel”.
(ameera/arrahmah.com)