(Arrahmah.com) – Sejumlah batalyon pasukan “Daulah Islam” yang bertugas di kota Raqqah telah menyatakan menolak bergabung dan meninggalkan pasukan yang ditugaskan oleh Komandan Pasukan ISIS untuk bergerak ke front-front pertempuran yang dipilih-paksakan kepada mereka.
Aksi desersi ini terjadi setelah ISIS, melalui Departemen Keuangannya, menyatakan untuk memotong gaji seluruh prajuritnya selama dua bulan terakhir ini. Sumber-sumber di lapangan menunjukkan bahwa kelompok ini juga telah menangkapi dan memenjarakan sejumlah anggota pasukan yang terdiri dari elemen-elemen imigran yang berasal dari Kaukasia, Uzbek, Chechen dan Mesir.
Pada awal tahun, organisasi ekstrimis internasional ini telah mengumumkan kepada seluruh anggota pasukannya bahwa ISIS memutuskan untuk memotong seluruh gaji anggotanya, termasuk para tentara dan pegawai ISIS.
Anshar Al-Islam pada Ahad (3/7/2016) melansir kabar yang menyebutkan bahwa pemotongan gaji tersebut mencapai setengah dari jumlah gaji yang biasa dibayarkan. Mereka beralasan bahwa pemotongan gaji ini terjadi karena “Situasi yang Luar Biasa”.
Terkait hal tersebut, para pengamat ekonomi menyatakan bahwa kejadian yang menimpa ISIS ini terkait hancurnya sejumlah kilang minyak milik ISIS dan hilangnya sejumlah besar wilayah penghasil minyak milik ISIS karena serangan tentara Kurdi yang didukung oleh Pasukan Udara Amerika.
Terlepas dari hancurnya perekonomian ISIS yang selama ini digembar-gemborkan lewat media massa, ISIS juga terkenal memiliki reputasi suka mengeksekusi mati anggotanya sendiri dengan berbagai macam alasan, mulai dari pengkhianatan, tidak mematuhi perintah komandan, membocorkan informasi, hingga meninggalkan pasukan.
Tercatat sudah ratusan anggota ISIS yang dieksekusi mati oleh Mahkamah Pengadilan milik ISIS dengan berbagai macam tuduhan, yang mayoritasnya tidak terbukti atau masih dimaklumi oleh Syariat Islam.
(aliakram/arrahmah.com)