NAYPYIDAW (Arrahmah.com) – Sejumah besar polisi telah dikerahkan pada Sabtu (25/6/2016) untuk menjaga sebuah desa di Myanmar bagian selatan pasca massa menghancurkan masjid dan menyerang seorang pria Muslim. Kerusuhan itu terjadi setelah adanya percekcokan terkait pembangunan sebuah sekolah agama, sebagaimana dilansir World Bulletin.
Setelah kerusuhan yang berlangsung pada Kamis malam, polisi telah berupaya untuk memulihkan ketertiban di desa Tha Yel Tha Mein di wilayah Bago – menyadari bahwa insiden serupa antara Muslim dan Buddha di masa lalu di Myanmar telah menyebabkan ratuan orang tewas dan mengungsi.
Akan tetapi, penduduk Muslim mengaku masih khawatir atas kemungkinan terjadi kerusuhan lebih lanjut saat rumor -rumor menyebar di Tha Yel Tha Mein, yang terletak sekitar 150 kilometer (93 mil) barat laut dari Yangon.
Kepala polisi kota Waw, Ohn Lwin, mengatakan kepada Anadolu Agency melalui telepon pada Sabtu (25/6), “sekitar 20 warga desa berlari ke dalam pos polisi pada Jum’at malam karena khwatir atas serangan massa lagi.”
Dia mengatakan bahwa tidak ada lagi kekerasan pasca kerusuhan pada Kamis yang menyebabkan seorang pria Muslim terluka dan sebuah masjid, sebuah sekolah agama dan pemakaman Muslim hancur di desa tersebut.
“Namun kami mengerahkan lebih banyak polisi di sini agar penduduk Muslim merasa aman tinggal di rumah mereka,” katanya.
“Lebih dari 100 polisi berjaga-jaga di desa itu, dan tidak ada tanda-tanda kerusuhan lagi.”
Kekerasan itu diyakini dimulai pada Kamis malam setelah percekcokan antara warga Muslim Abdul Sharif dan dua tetangganya perempuan beragama Buddha. Sebelum polisi berhasil menyelamatkan Sharif, dia telah diserang oleh warga desa, menurut polisi setempat.
Ohn Lwin mengatakan bahwa para sesepuh desa dan para bhikkhu tidak bisa mengendalikan situasi yang kemudian bergejolak dengan cepat.
Sebelum pasukan keamanan tambahan tiba di lokasi, massa telah mengamuk menghancurkan sebuah masjid, sebuah sekolah agama di kompleks masjid dan sebuah bangunan.
Pada bulan Juni 2012, ketegangan komunal antara umat Buddha dan Muslim menyebabkan kekerasan yang melanda beberapa wilayah di Rakhine bagian barat.
Kekerasan itu menewaskan 200 orang, dan ribuan orang lainnya mengungsi, dan akhirnya menyebar ke daerah lain seperti Mandalay.
Seorang warga Muslim setempat Khin Oo – anggota komite pengurus masjid – mengatakan kepada Anadolu Agency pada hari Sabtu bahwa polisi menjaga desa itu dengan baik.
“Namun sebagian besar dari kami masih merasa khawatir karena ini merupakan yang pertama kalinya kami melihat kejadian yang seperti ini dalam sejarah desa kami.” Khin Oo, (72), mengatakan melalui telepon dari Tha Yel Tha Mein.
“Akan membutuhkan waktu bagi kami untuk merasa aman di sini,” tegasnya. “Kami merasa desa ini telah rusak dan kami tidak akan pernah melupakan kejadian pada hari itu.”
(ameera/arrahmah.com)