JAKARTA (Arrahmah.com) – Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab mengungkapkan beberapa indikasi bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) telah bangkit kembali.
“Kita menyayangkan, ada pihak-pihak yang mengatakan bahwa gerakan komunis sudah tidak ada lagi. Padahal sejumlah indikasi kebangkitan PKI itu sudah banyak selama ini,” ungkapnya pada acara Simposium Nasional Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI di Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (1/6/2016), lansir laman FPI.
Kata Habib Rizieq, salah satu indikasi bangkitnya PKI adalah adanya tuntutan pencabutan aturan yang melarang ideologi Komunisme yakni TAP MPRS No. XXV Tahun 1966.
Indikasi lainnya, lanjut Habib Rizieq adalah upaya penghapusan sejarah pengkhianatan PKI dalam kurikulum sekolah.
“Di sekolah dasar yang tadinya ada sejarah pengkhianatan PKI sekarang dihapus sehingga anak-anak kita tidak mengenal PKI itu seperti apa. Juga penghentian pemutaran film G 30 S/PKI dari TVRI membuat masyarakat jadi lupa kejahatan PKI,” ungkapnya.
Berikutnya, pembuatan buku dan film pembelaan terhadap PKI terus dilakukan. “Contoh film “Senyap” yang diputar di berbagai perguruan tinggi. Film tersebut memutarbalikkan fakta, PKI dianggap sebagai korban sedang yang salah itu tentara dan para ulama,” jelas Habib Rizieq.
Dia menyebutkan pula bahwa pada masa lalu ada aturan bagi calon pejabat, bagi yang punya hubungan dengan PKI itu tidak boleh jadi pejabat. Namun aturan tersebut dihapuskan sehingga generasi PKI banyak yang masuk ke pemerintahan seperti Ribka Tjiptaning, penulis buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI.”
Selanjutnya, selama ini juga selalu muncul acara-acara seminar atau temu kangen untuk mempromosikan PKI. “Alhamdulillah acara-acara semacam itu selalu ditolak umat Islam. Tidak sampai disitu, mereka juga membentuk ormas/orsospol yang berafiliasi kepada PKI. Ini biasanya dilakukan oleh keluarga keturunan PKI,” jelasnya.
Indikasi berikutnya, kata Habib, adalah pemakaian lambang PKI di kalangan selebritis dan kawula muda, usulan penghapusan kolom agama dari KTP, hingga jargon Jokowi tentang Revolusi Mental, yang dahulu dipakai Komunis dan yang pertama kali memperkenalkan adalah Karl Marx, bapak Komunisme.
“Kalau Revolusi Mental yang dimaksud itu mengubah sesuatu yang buruk menjadi bagus itu kita setuju. Tapi kita menolak kalau ternyata revolusi mental yang dipakai itu adalah jargon Komunis,” tegas Habib.
Selanjutnya yang menandai bangkitnya Komunis di Indonesia adalah banyaknya “bantuan” China sebagai negara Komunis kepada Indonesia berikut kompensasinya.
Terbaru adalah rencana Jokowi meminta maaf kepada PKI. “Saya katakan, kalau Jokowi minta maaf sama PKI, sekalian saja minta maaf sama Belanda dan Jepang,” ucapnya.
“Sebetulnya masih banyak indikasi kuat lainnya yang menandakan bahwa PKI ingin bangkit kembali, sehingga umat Islam wajib waspada dan terus berjuang mencegah kebangkitan PKI,” pungkasnya.
(azm/arrahmah.com)