BAGHDAD (Arrahmah.com) – Kondisi kemanusiaan di Fallujah semakin memburuk sejak pasukan pemerintah melancarkan operasi untuk merebut kembali kota itu dari ISIS 10 hari yang lalu, ungkap sekelompok pengungsi, Selasa (31/5/2016).
Sebagaimana dilansir Al-Bawaba, para keluarga yang melarikan diri dari desa-desa sekitar Fallujah mengatakan kepada Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) bahwa kota Fallujah, yang merupakan kubu utama Daesh, telah diserang dari tiga arah yang berbeda, dan hanya ada sedikit rute aman yang bisa digunakan oleh warga sipil untuk mengungsi.
Sekitar 50.000 warga sipil diperkirakan terjebak di dalam kota Fallujah, yang berjarak kira-kira 31 mil sebelah barat Baghdad.
NRC mengatakan bahwa hanya 554 keluarga yang berhasil melarikan diri sejak serangan militer dimulai pada 21 Mei.
Akan tetapi, Hamid Ahmad, anggota dewan lokal provinsi Anbar, mengatakan bahwa beberapa ribu pengungsi telah melakukan perjalan menuju kamp-kamp di distrik Amiriyat al-Fallujah sekitar 18 mil jauhnya.
Sekretaris Jenderal NRC Jan Egeland memperingatkan terhadap apa yang dia sebut sebagai “bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung di Fallujah”.
Menurut NRC, Irak sedang menghadapi krisis kemanusiaan yang parah. Diperkirakan sebanyak 10 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan sebanyak 3,4 juta orang mengungsi.
Kelompok pengungsi mengatakan bahwa orang-orang di daerah tersebut, yang telah dikepung selama berbulan-bulan, hidup dalam kondisi mengerikan.
“Cerita-cerita tentang Fallujah mengerikan,” kata Nasr Muflahi, direktur NRC di Irak. “Mereka kekurangan makanan, obat-obatan, kekurangan air minum dan listrik, yang menyebabkan para keluarga berada di ambang putus asa.”
NRC melaporkan bahwa para pengungsi itu tiba di kamp-kamp Amiriyat al-Fallujah dalam keadaan shock. “Anak-anak berjalan tanpa alas kaki dan para orang tua tiba dengan hanya pakaian yang dibawa di punggung mereka,” katanya.
“Mereka terjebak dalam baku tembak dan tidak ada cara yang aman untuk keluar. Selama sembilan hari kami mengetahui hanya ada satu keluarga yang bisa melarikan diri dari dalam kota itu. Pihak yang berperang harus menjamin warga sipil keluar dengan aman sekarang, sebelum semuanya terlambat dan kehilangan nyawa lebih banyak lagi,” kata Egeland.
Salah satu warga, yang melarikan diri dari sebuah desa di pinggiran kota Fallujah bersama suami dan enam anaknya, menceritakan kepada NRC tentang penderitaan panjang dan menakutkan yang dialaminya sebelum kemudian berhasil mencapai tempat yang aman.
“Sepanjang waktu, kami terkena tembakan. Pada hari terakhir, pertempuran menjadi semakin sengit. Peluru berdesingan di atas kepala kami,” ungkapnya.
(ameera/arrahmah.com)