TUNISIA (Arrahmah.com) – Pada Jumat (20/5/2016) pemimpin gerakan renaisance Tunisia mengumumkan bahwa gerakan tersebut akan memisahkan kegiatan politik dari kegiatan keagamaan, lansir Alquds.
Tunisia merupakan sebuah negara yang dipandang sebagai model untuk transisi demokrasi di wilayah bermasalah, setelah penyusunan konstitusi baru dan mengadakan pemilihan umum yang bebas dan konsensus politik antara Islam dan sekuler, negara tersebut terhindar dari masalah-masalah yang melanda di daerah tersebut.
Para analis mengatakan perubahan yang digencarkan gerakan tersebut untuk membedakan diri dan bertujuan untuk mempersiapkan pemilu lokal yang dijadwalkan tahun depan dan pemilihan presiden tahun 2019.
Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi menyambut baik atas rencana gerakan renaisance tersebut.
Dalam sebuah pidatonya ia mengatakan bahwa gerakan renaisance yang dipimpin oleh Ghannouchi ini di wujudkan demi kebutuhan untuk mengikis advokasi dan politik serta monopoli agama, hingga renaisance tidak lagi merupakan ancaman terhadap demokrasi.
(maheera/arrahmah.com)