ANKARA (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, mengumumkan pengunduran diri setelah beberapa kali berbeda pendapat secara terbuka dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
PM Davutoglu mengatakan pengunduran diri secara resmi akan disampaikan dalam kongres luar biasa partai yang berkuasa, Partai AK, bulan ini.
Keputusan mundur Davutoglu terjadi sehari setelah pemerintah Davutoglu berhasil memperjuangkan hak warga Turki untuk melakukan perjalanan ke Eropa tanpa visa.
Hubungan Erdogan dengan Davutoglu tampak renggang di tengah upaya Erdogan melakukan transisi pemerintahan dari sistem konstitusi menjadi sistem presidensial.
Pemimpin kekuatan oposisi utama menyebutkan sebagai kudeta istana.
Beberapa kalangan, termasuk wartawan, mengatakan bahwa pengunduran diri PM Davutoglu akan memungkinkan Presiden Erdogan menguatkan kontrol atas Turki dan menunjuk perdana menteri baru yang lebih “lunak”.
Davutoglu dinilai tak terlalu mendukung upaya Erdogan menguatkan lembaga kepresidenan melalui perubahan undang-undang dasar.
Dalam pernyataan usai menyampaikan pengumuman, Davutoglu mengatakan akan tetap loyal kepada Erdogan dan tidak akan pernah mengkritiknya.
“Saya tidak marah kepada siapa pun,” kata Davutoglu.
“Tidak akan ada yang pernah mendengar kalimat penentangan dari saya untuk presiden kita,” tambahnya.
Ia juga mengatakan tetap menjadi anggota parlemen dari Partai AK dan tidak akan mencoba untuk memecah belah partai.
Penggantinya diperkirakan akan dipilih pada 22 Mei mendatang, lansir BBC (5/5/2016).
Mundurnya Davutoglu tak hanya menciptakan ketidakpastian politik di Turki, tetapi juga di dalam NATO. Saat ini Eropa tengah membutuhkan bantuan untuk mengendalikan krisis migrasi. (fath/arrahmah.com)