Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Condoleezza Rice, mengakui pemerintahnya membuat kesalahan di Iraq. Namun dia tidak akan mengungkapkan kesalahan-kesalahan tersebut selama menjabat sebagai menteri luar negeri adidaya.
“Apakah Amerika Serikat telah berbuat salah, tentu saja. Saya yakin akan hal itu,” kata Rice saat diwawancara oleh wartawan dari stasiun televisi Al-Arabiya, Saad Sillawi, di Yordania Jumat (1/12). “Kita tidak bisa terlibat dalam masalah sebesar pembebasan suatu negara seperti Iraq. Sejak saat itu semuanya telah terjadi dan saya yakin ada beberapa hal yang telah kita lakukan secara berbeda,” lanjut Rice.
Namun dia mengatakan bahwa pemerintahan George W. Bush akan terus melihat ke depan, tidak ke belakang. Itulah sebabnya Rice saat ini tidak mau mengungkapkan apa kesalahan yang telah dilakukan Gedung Putih dalam menangani Iraq, yang terus dilanda kekerasan kendati rezim Saddam Hussein berhasil dijungkalkan militer AS.
“Kalau saya kembali (mengajar) di Universitas Stanford mungkin saya dapat melihat ke belakang dan menulis buku-buku tentang apa yang telah kami lakukan,” lanjut Rice, yang merupakan salah satu tokoh kunci bagi pemerintahan Bush. Rice dulunya dikenal sebagai profesor ilmu politik sebelum mengikuti karir politik Bush, baik sebagai gubernur negara bagian Texas dan kemudian presiden AS, sejak awal dekade 1990-an.
Tinggalkan Iraq
Sementara itu Italia menarik pasukan terakhirnya dari Iraq, Jumat, dan menurunkan bendera tiga warna di pangkalannya di Iraq selatan, dimana 32 prajurit Italia tewas sejak kontingen negara tersebut tiba pada Juni 2003. Menteri Pertahanan Italia Arturo Parisi membacakan nama-nama prajurit Italia yang tewas, termasuk agen rahasia Nicola Calipari yang tewas ditembak oleh pasukan AS pada Maret 2005 ketika ia mengawal seorang sandera yang dibebaskan menuju bandara Baghdad.
“Pengorbanan anda tidak sia-sia,” kata Parisi mengenai prajurit-prajurit yang tewas itu. “Kami akan selalu mengenang anda.”
Di bawah pemerintahan mantan Perdana Menteri Silvio Berlusconi, sekutu dekat Presiden AS George W. Bush, Italia menempatkan kontingen terbesar keempat dalam pasukan koalisi di Iraq, yakni sekitar 3.000 prajurit, bertugas di selatan negara itu. Namun, misi tersebut sangat tidak populer di Italia dan pemimpin oposisi Romano Prodi mengatakan jika terpilih, ia akan menarik pasukan itu keluar dari Iraq pada akhir tahun ini. Prodi menang dalam pemilihan umum pada April. Italia, yang pada Jumat hanya menyisakan 44 prajurit yang masih berada di Nassiriya, menyerahkan wewenang atas daerah itu kepada pasukan Australia.
“Kami telah membuat provinsi Dhi Qar lebih stabil dan aman,” kata Jendral Carmine De Pascale. “Pemerintahan berjalan dan kondisi sosial-ekonomi meningkat.”
Pada November 2003, 17 prajurit dan dua warga sipil Italia tewas dalam serangan bunuh diri yang menggunakan sebuah tanker bahan bakar di pangkalan mereka. Insiden inilah yang mengubah opini publik di Italia atas keterlibatan negaranya di Iraq. [ap/ant/rtr/sp/hidytlh]