ALEPPO (Arrahmah.com) – Sementara rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad dan Rusia terus menggempur wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di kota Aleppo, yang telah membunuh ratusan warga sipil, kelompok preman pro-rezim, milisi Shabiha, melancarkan serangan dan melakukan perampokan di kota industri Aleppo.
Pendukung rezim seperti Muhammad Jamoul melakukan pembelaan dan tidak mengakui bahwa kampanye penjarahan dilindungi oleh rezim itu sendiri, namun ia mengklaim bahwa itu tanggung jawab seluruh penduduk desa, lansir Zaman Alwasl pada Ahad (1/5/2016).
Dalam konteks ini, Jamoul mengklaim di akun Facebook-nya: “Demi Allah jika hal itu di tangan saya, saya bersumpah demi Allah kami memiliki desa-desa yang harus ‘dibersihkan’, kemungkinan seluruh desa menjadi penjahat dan jika seluruh desa kriminal, keberadaan mereka adalah becana. Haruskah kita tidak melakukan genosida,” klaimnya.
Jamoul adalah menantu dari Dami Oubri, kepala pusat Pertahanan Nasional di Aleppo, ia dikenal dengan perilaku premanismenya untuk mendukung rezim dan ia mengabaikan peringatan dari teman-teman Facebook-nya terkait apa yang ditulisnya.
Menurut laman Jamoul yang menjadi sumber dari berita ini, penjarahan terjadi di kota industri, lebih dari 25 pusat converter listrik digerebek, selain gudang untuk memotong logam untuk dijual sebagai besi tua, pipa air, mesin pabrik dan lain-lain.
Muhammad Fares Al-Shelabi, kepala perindustrian Aleppo yang berada di bawah rezim, menempatkan tanggung jawab pencurian di kota industri pada apa yang ia sebut sebagai “pemerintah gagal” dan ia menegaskan bahwa: “Jika itu tugas saya, saya dengan senang hati akan membawa senjata dan pergi untuk menghadapi pencuti di kota industri”. (haninmazaya/arrahmah.com)