YERUSALEM (Arrahmah.com) – Presiden Palestina, Mahmoud Abbas yang berasal dari Fatah, menyepakati perjanjian dengan kelompok saingannya, Hamas, pada hari Rabu (27/4/2011) tentang pembentukan pemerintah persatuan dan menetapkan tanggal untuk pemilihan umum dalam waktu satu tahun, intelijen Mesir mengatakan, dikutip Al Arabiya.
“Sikap kompromi dan saling berkonsultasi (antara Fatah dan Hamas) mengakibatkan pemahaman yang sama terhadap semua poin diskusi, termasuk menyiapkan perjanjian interim dan menetapkan tanggal pemilihan,” kata intelijen Mesir dalam sebuah pernyataan. Juru bicara untuk kedua Fatah dan Hamas kemudian menegaskan hal ini pada Rabu malam (27/4).
Seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa pemerintahan Obama percaya pemerintah Palestina harus segera menanggalkan kekerasan, menghormati kesepakatan perdamaian masa lalu, dan mengakui hak eksistensi Israel jika ingin memainkan peran yang konstruktif, menurut Reuters.
“Amerika Serikat mendukung rekonsiliasi Palestina berdasarkan persyaratan yang akan mendorong pada terwujudnya ‘perdamaian’. Namun, bagaimanapun Hamas tetap sebuah organisasi teroris yang menargetkan warga sipil,” kata juru bicara Gedung Putih, Tommy Vietor, dalam sebuah pernyataan.
“Untuk memainkan peran konstruktif dalam mencapai perdamaian, pemerintah Palestina harus meninggalkan kekerasan, mematuhi perjanjian masa lalu, dan mengakui eksistensi,” katanya.
Sementara itu, perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa Abbas harus memilih akan berdamai dengan Israel atau dengan Hamas setelah faksi Palestina saingannya mengumumkan kesepakatan rekonsiliasi.
“Otoritas Palestina harus memilih antara perdamaian dengan Israel atau perdamaian dengan Hamas. Tidak mungkin ada perdamaian dengan baik karena Hamas selalu berusaha untuk menghancurkan negara Israel dan selalu secara terbuka mengungkapkan hal tersebut,” kata Netanyahu.
Netanyahu mengatakan kesepakatan tersebut membuka jalan bagi Hamas untuk semakin menguasai Tepi Barat.
“Saya pikir bahwa gagasan rekonsiliasi menunjukkan kelemahan Otoritas Palestina dan menciptakan prospek bagi Hamas untuk merebut kembali kontrol Yudea dan Samaria persis seperti organisasi itu mengambil alih Jalur Gaza,” lanjutnya, merujuk pada Tepi Barat.
“Saya berharap Otoritas Palestina akan membuat pilihan untuk berdamai dengan Israel,” desak Netanyahu.
Kedua pihak, Fatah dan Hamas, telah bertemu pimpinan intelijen baru Mesir, Murad Muwafi, yang menggantikan pendahulunya, Omar Suleiman, yang pernah gagal untuk menjembatani perpecahan antara Fatah dan Hamas. (althaf/arrahmah.com)