KUWAIT (Arrahmah.com) – Liga Arab akan mengadakan sidang darurat pada Kamis (21/04/2016) atas permintaan Kuwait. Keputusan ini diambil sebagai bentuk reaksi negara-negara Arab atas klaim Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu soal dataran tinggi Golan, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
Pekan lalu, Netanyahu menegaskan bahwa wilayah dataran tinggi Golan yang dianeksasi “Israel” akan tetap menjadi milik “Israel” selamanya.
“Dataran tinggi Golan akan tetap berada di tangan “Israel” selamanya,” katanya ketika mengawali sidang kabinet pertamanya di wilayah itu.
Dalam sidang tersebut, Benjamin Netanyahu juga mengatakan bahwa negaranya tidak akan mundur dari Golan. Ia menuntut agar negara internasional mengakui Golan sebagai bagian dari “Israel”.
“‘Israel’ tidak akan mundur dari dataran tinggi Golan,” ungkap Netanyahu dalam seruan yang disebarluaskan melalu siaran radio setempat.
Ia juga menambahkan, “Telah tiba saatnya dunia mengakui bahwa golan merupakan bagian ‘Israel’.”
Menanggapi hal itu, Liga Arab mengecam keras pernyataan ‘Israel” tersebut.
“Pernyataan ini merupakan bentuk eskalasi dan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan resolusi legitimasi internasional,” kata Ahmad Abdurrahman Bakr, duta Kuwait untuk Liga Arab .
Dalam sidang tersebut, Liga Arab akan membahas langkah yang akan diambil negara Arab mengenai Dataran Tinggi Golan, dan menegaskan kembali bahwa status Golan tetaplah bagian dari wilayah negara Arab Suriah.
“Liga Arab akan membahas langkah persatuan terkait Golan. Serta menegaskan kembali status bahwa Golan adalah bagian dari negara Arab Suriah yang dicaplok. Rakyat Suriah berhak untuk mendapatkan kedaulatan di bagian tanah Arab,” tambahnya.
Kuwait memandang klaim “Israel” atas Golan dapat memperburuk situasi di Timur Tengah. Ahmad menyebut “Israel” berusaha memprovokator gagalnya upaya perdamaian di Suriah.
“Kebijakan Provokatif itu dirancang untuk menggagalkan upaya-upaya internasional untuk perdamaian,” tambahnya.
“Israel” berhasil menduduki Dataran Tinggi Golan pada perang Arab-Israel 1967. Golan kemudian dianeksasi pada tahun 1981, namun sampai saat ini tidak diakui oleh masyarakat internasional.
(ameera/arrahmah.com)