KLATEN (Arrahmah.com) – Hasil otopsi jenazah Siyono telah disampaikan kepada publik, kemarin siang di kantor Komnas HAM, setelah melakukan uji labolatorium mikroskopik selama kurang lebih satu pekan. Hasilnya Siyono mati karena penyiksaan. Menanggapi hasil tersebut, Wagiyono kakak Siyono merasa bersyukur.
“Saya bersyukur karena hasil otopsi jelas. Jadi semua insyaallah satu suara, dan tidak ada praduga-praduga lagi,” ujarnya pada Senin (11/4/2016) di Masjid Muniroh, Klaten.
Dia juga mengatakan, kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi ummat islam untuk lebih merapatkan barisan.
“Sebagai pelajaran bagi umat Islam utuk merapatkan barisan dan jangan sampai terpecah belah,” imbuhnya.
Selain itu, Wagiyono juga menuturkan, setelah ini seluruh keluarga akan menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada lembaga-lembaga kemanusian.
“Karena otopsi sudah selesai, ini dari pihak keluarga dan pihak warga menyerahkan sepenuhmya kasus ini kepada lembaga kemanusian, seperti Komnas HAM dan Muhammadiyah,” jelasnya.
Suratmi, janda mendiang Siyono berharap agar tindakan Densus yang semena-mena ini tidak dilakukan kembali kepada Muslim yang lain.
“Ya harapanya agar tindakan densus yang semena-mena ini tidak dilakukan kembali kepada warga muslim yang lain,” tuturnya.
Wanita yang akrab dengan panggilan Mufidah ini juga mengatakan, dirinya hanya bisa mendoakan agar densus mendapat hidayah dari Allah.
“Kita dendam itu ndak, dan kita juga tidak memaksakan hidayah karena hanya Allah yang bisa memberi hidayah,” ulasnya.
Bahkan ayah Siyono, Marso Diyono tidak berkomentar banyak soal ini. Ia hanya menghimbau kepada Densus agar ingat dengan Allah. “Yo mung ben do eling mawon (ya biar pada ingat sama Allah),” tukas ayah Siyono.
Reporter: Taufiq Ishak
(azmuttaqin/arrahmah.com)