SKOPJE (Arrahmah.com) – Sekitar 300 orang cedera pada Ahad (10/4/201) ketika polisi Makedonia menembakkan gas air mata, peluru karet dan granat setrum kepada para pengungsi saat mereka berusaha menerobos pagar perbatasan dengan Yunani, media lokal melaporkan.
Kekerasan itu dikecam oleh Badan Manajemen Kordinasi Krisis Pengungsi Yunani.
“Penggunaan gas air mata, peluru karet dan granat kejut dari pasukan FYROM [Former Yugoslav Republic of Macedonia] terhadap orang-orang yang tak berdaya, dan bahkan tanpa force majeure, adalah praktik yang membahayakan dan sangat tercela,” kata juru bicara Giorgos Kyritsis dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
“Kami mendesak pihak berwenang FYROM untuk memahami potensi risiko dari penggunaan kekerasan terhadap pengungsi dan migran.”
Kementerian Luar Negeri Yunani mengatakan bahwa pihaknya telah melayangkan protes kepada pihak berwenang Makedonia.
Duta besar Yunani untuk Skopje, Theocharis Lalakos, meminta pihak berwenang Macedonia untuk menunjukkan tanggung jawab yang tepat, pengendalian diri dan keseriusan.
Kementerian Dalam Negeri Makedonia mengklaim 15 petugas polisi Macedonia terluka, termasuk lima diantaranya mengalami luka serius.
Juru bicara Toni Angelovski mengatakan bahwa polisi tambahan telah dikerahkan ke perbatasan.
“Polisi akan berpatroli sepanjang malam,” katanya.
Dia juga menambahkan bahwa pengungsi tersebut berkumpul disana karena ada rumor bahwa perbatasan akan dibuka.
Kekerasan dimulai setelah lima pengungsi mendekati perbatasan untuk berbicara dengan polisi Macedonia.
Sekitar 500 orang kemudian berkumpul di luar kamp pengungsi di Idomeni dan mendekati perbatasan yang dilindungi oleh pagar dan kawat berduri.
Seorang juru bicara Doctors without Borders mengungkapkan bahwa sebanyak 200 orang dirawat karena masalah pernapasan, 34 untuk menderita luka menganga dan 30 orang mengalami luka yang disebabkan oleh peluru karet. Kelompok itu mengatakan tujuh orang diinapkan di rumah sakit.
Lebih dari 11.000 pengungsi di Idomeni, berharap bisa melanjutkan peralanan mereka ke Eropa utara meskipun perbatasan ditutup.
(ameera/arrahmah.com)