MOSKOW (Arrahmah.com) – Terkait isu Panama Papers yang ramai diperbincangkan beberapa hari terakhir, situs whistleblower WikiLeaks mengklaim bahwa Panama Papers diproduksi untuk menargetkan Rusia dan Presiden Putin.
Pada Rabu (6/4/2016), WikiLeaks mengungkapkan di Twitter bahwa kebocoran data Panama Papers diproduksi oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) “yang menargetkan Rusia dan bekas pecahan Uni Soviet.”
“Serangan Putin” tersebut didanai oleh Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dan Miliarder Amerika George Soros, WikiLeaks menambahkan.
WikiLeaks juga mengatakan bahwa pendanaan pemerintah AS seperti serangan tersebut merupakan pukulan serius bagi integritasnya sendiri.
“#PanamaPapers serangan Putin diproduksi oleh OCCRP yang menargetkan Rusia dan eks (negara-negara) Uni Soviet dan didanai oleh USAID dan Soros,” Tweet WikiLeaks di akun @wikileaks, sebagaimana dilansir RT, Rabu (6/4).
“OCCRP mampu melakukan pekerjaan yang hebat, tapi untuk pemerintah AS yang secara langsung mendanai #PanamaPapers serangan terhadap Putin, secara serius merusak integritas mereka sendiri,” lanjutnya.
Beberapa organisasi milik Soros telah dinyatakan sebagai organisasi yang “tidak diinginkan” di Rusia. Tahun lalu, Kantor Jaksa Agung Rusia menyatakan bahwa Open Society Foundations dan Open Society Institute Assistance Foundation milik Soros dinyatakan sebagai organisasi yang “tidak diinginkan”, serta melarang warga Rusia dan organisasi Rusia ikut serta dalam proyek mereka.
Jaksa kemudian mengatakan bahwa aktivitas lembaga dan yayasan bantuan tersebut merupakan ancaman bagi tatanan konstitusional dan keamanan nasional Rusia.
Awal tahun ini, Soros menuding bahwa Putin bukan sekutu AS dan para pemimpin Uni Eropa, dan ia bertujuan “untuk memperoleh keuntungan ekonomi yang besar dari memecah belah Eropa.”
Juru bicara WikiLeaks juga mengungkapkan bahwa dia tidak terkejut saat tidak ada nama-nama besar orang Amerika dalam 11,5 juta dokumen yang bocor dari perusahaan hukum Panama itu.
Pada Ahad, Süddeutsche Zeitung, sebuah surat kabar Jerman bekerja sama dengan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), mengatakan telah menerima cache 11,5 juta dokumen bocor dari database internal firma hukum Panama Mossack Fonseca, dan membagi dokumen itu kepada lebih dari 100 outlet berita internasional lainnya termasuk ICIJ.
(ameera/arrahmah.com)