JAKARTA (Arrahmah.com) – Demi mengamankan dan menghindari hal hal yang tidak dinginkan, Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) bersiaga menjaga di rumah keluarga Siyono, korban kezaliman Densus 88, dan makam Siyono. Berhubung dalam waktu dekat ini Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah akan melakukan autopsi terhadap jenazah Siyono (39). Namun demi alasan keamanan, Pemuda Muhammadiyah enggan menyebutkan tanggal pasti autopsi tersebut.
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mendapat laporan dari rekan-rekan yang berjaga di kediaman Suharmi di Dusun Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah, bahwa ia merasa mendapat teror. Pasalnya ada saja orang yang mengawasi dan datang ke rumahnya yang ia curigai sebagai pihak ketiga. Aparatur desa pun, kata Dahnil, terkesan ikut menerornya. Suharmi pun minta ditemani. Hingga kini, tiim Kokam melakukan penjagaan terhadap Suharmi dan lima anaknya.
Dia mengatakan tidak boleh ada orang asing di sekitar kediaman Suharmi, termasuk terhadap kuburan Siyono. “Karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka kuburan Siyono kami jaga 24 jam secara bergantian,” kata Dahnil, lansir Republika.
Dalam kesempatan itu, dia membantah tuduhan pihak-pihak yang menyudutkan Muhammadiyah karena terkesan ngotot membela keluarga Siyono. Dahnil menegaskan, pendampingan yang dilakukan Muhammadiyah bukan karena Siyono atau Suharmi adalah kader Muhammadiyah.
“Mereka bukan kader Muhammadiyah. Siapapun orang yang datang ke kami, meminta bantuan mencari keadilan, apapun latar belakang dan agamanya, pasti akan kami bantu semampu kami,” jelas Dahnil.
Sebelumnya Dahnil mengungkapkan, “Muhammadiyah telah menunjuk enam dokter ahli forensik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan wilayah Jawa Tengah untuk melakukan autopsi,” katanya saat konferensi pers ‘Mencari Keadilan untuk Suharmi’ di Jakarta, Jumat (1/4/2016), lansir Republika.
Awalnya, autopsi akan dilakukan Rabu (30/3), namun karena alasan teknis, autopsi tersebut pun ditunda. Autopsi tersebut dilakukan atas permintaan keluarga Siyono, terutama sang istri, Suharmi. Pemuda Muhammadiyah pun kerap berulangkali mempertanyakan keseriusan Suharmi perihal autopsi tersebut, terutama berkaitan dengan kuasa yang ia berikan pada Muhammadiyah. Suharmi sendiri percaya bahwa Muhammadiyah dan ormas serta lembaga lain yang terkait, mampu mendampinginya mencari keadilan atas meninggalnya Siyono.
(azm/arrahmah.com)