NEW YORK (Arrahmah.com) – Pihak-pihak yang bertikai di Yaman telah sepakat untuk menghentikan peperangan mulai bulan depan dalam upaya untuk mengakhiri konflik yang telah menewaskan lebih dari 6.000 orang – separuh dari mereka adalah warga sipil.
Gencatan senjata akan dilaksakanakan pada tengah malam 10 April, utusan khusus PBB Ismail Ould Sheikh Ahmad mengatakan pada Rabu (23/3/2016), sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Sebuah babak baru pembicaraan damai antara pihak yang bertikai akan berlangsung di Kuwait yang dimulai pada 18 April, Ould Sheikh Ahmad menambahkan.
Negara ini menghadapi bencana kemanusiaan, menurut PBB, dengan jutaan orang tanpa makanan yang cukup atau akses ke perawatan medis yang memadai.
Sudah ada beberapa upaya untuk meredakan konflik di Yaman, akan tetapi gagal, yang kemudian menarik Arab Saudi dan Iran terlibat dalam konflik tersebut. Sebuah putaran pertama perundingan diadakan di Swiss pada bulan Desember.
“Ini benar-benar kesempatan terakhir kami,” kata Ould Sheikh Ahmad kepada wartawan di New York.
“Perang di Yaman harus diakhiri.”
Utusan PBB itu juga mengatakan bahwa pembicaraan tatap muka di Kuwait akan berfokus pada serangkaian masalah, termasuk penarikan pasukan militer, penyerahan persenjataan berat, pengaturan keamanan interim, dan pemulihan lembaga negara, wartawan Al Jazeera Shihab Rattansi melaporkan dari kantor pusat PBB di New York.
Ould Sheikh Ahmad mengatakan bahwa perundingan itu bertujuan untuk mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik dan memungkinkan dimulainya kembali dialog politik yang mengarah kepada transisi damai berdasarkan inisiatif perdamaian regional.
Dia juga mengatakan bahwa pihak-pihak yang bertikai telah berjanji untuk memperkuat komite yang akan mengawasi gencatan senjata dengan tokoh-tokoh Yaman terkemuka yang akan melaporkan kemajuan dan keamanan dari proses gencatan tersebut.
(ameera/arrahmah.com)