JAKARTA (Arrahmah.com) – Salah seorang pendiri dan pimpinan Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal, menegaskan bahwa pondok pesantren di Indonesia bukan sarang teroris seperti diindikasikan salah satu lembaga negara.
“Pondok pesantren bukan tempat teroris. Justru umat Islam sedang diteror, termasuk pondok pesantren,” ujarnya setelah bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis, lansir Antara.
Bahkan pihaknya tidak menginginkan pondok pesantren menjadi korban teroris. “Ada umat Islam yang meneror pondok pesantren. Tapi jangan sampai kita yang kena teror,” katanya didampingi salah satu anggota Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor Din Syamsuddin itu.
Terkait pertemuan di Kantor Wapres tersebut, Kiai Hasan mendengarkan banyak cerita dari Wapres tentang peran pondok pesantren dalam pembangunan karakter bangsa.
“Bahkan beliau juga membina beberapa pondok pesantren milik Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama). Menurut beliau, memang pondok pesantren perlu pembinaan,” ujarnya.
Kiai mengutip pernyataan Wapres, dia mengemukakan bahwa pondok pesantren harus dapat membina dan memberdayakan perekonomian umat sehingga menjadi tuan rumah perekonomian sendiri.
Kiai Hasan mengemukakan, Pondok Pesantren Gontor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, memiliki banyak alumni, baik di dalam maupun di luar negeri.
Selain memiliki 23 unit Pondok Pesantren Cabang Gontor dengan jumlah santri mencapai 24 ribu orang putra dan putri, para alumninya juga mendirikan 380 unit pondok pesantren.
“Alumni kami juga mendirikan pondok pesantren di Thailand. Di Singapura juga akan didirikan. Di Malaysia tidak dapat dilanjutkan karena suasananya berbeda dengan di Indonesia,” kata Kiai Hasan.
Beberapa waktu lalu KH. Hasan Abdullah Sahal telah menekankan pesantren itu bukan sarang teroris pada even Silaturahim Nasional Kyai dan Pimpinan Pesantren Alumni Gontor di Hotel Siti Tangerang. Lihat Pendiri Gontor: Sekarang zaman kebinatangan modern
Pesantren, katanya, harus menanggung secara keseluruhan karena beberapa orang dianggap teroris. Kiai justru balik bertanya;
“Sebenarnya teroris yang lebih berbahaya itu siapa? Kalau negara meneror rakyat, apa itu bukan teroris? Apa itu bukan kejahatan kemanusiaan?”
(azm/arrahmah.com)