ANKARA (Arrahmah.com) – Turki tidak terikat oleh perjanjian AS-Rusia untuk menghentikan konflik di Suriah, Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, mengatakan Kamis (25/2/2016), lansir Anadolu Agency..
“Semua harus tahu bahwa gencatan senjata ini hanya berlaku untuk Suriah dan pihak yang berperang di negara ini,” katanya kepada media selama perjalanan ke provinsi Konya.
“Jika salah satu dari mereka menimbulkan ancaman bagi keamanan Turki, maka (kesepakatan gencatan) itu tidak mengikat bagi kami.”
Dia menambahkan: “Turki tidak akan meminta izin dari siapa pun ketika itu terkait dengan masalah keamanan Turki. Turki akan melakukan apa saja yang diperlukan. Karena ketika itu terjadi, itu menjadi masalah tidak hanya bagi Suriah tetapi juga bagi Turki.”
Washington dan Moskow pekan ini mengumumkan “penghentian permusuhan” di Suriah yang dijadwalkan berlaku pada Jum’at tengah malam waktu setempat.
Diharapkan kesepakatan itu akan memungkinkan bantuan dikirim ke warga Suriah yang putus asa.
Kesepakatan gencatan senjata ini tidak termasuk ISIS dan Jabhah Nusra.
Sebelumnya diberitakan bahwa Turki tidak optimis dengan implementasi gencatan senjata Suriah yang diumumkan AS dan Rusia beberapa waktu lalu, Rabu (24/2).
Turki memperingatkan bahwa pihaknya akan melanjutkan serangan melawan pasukan Kurdi di Suriah.
“Saya menyambut gencatan senjata ini, tapi tidak terlalu optimis bahwa keputusan ini akan dihormati semua pihak,” kata Wakil Perdana Menteri Turki, Numan Kurtulmus pada reporter di Ankara.
Ia juga menegaskan bahwa Turki bisa tetap melakukan serangan menargetkan pasukan bersenjata di dalam Suriah, Syrian Kurdish People’s Protection Units (YPG).
“Jika diperlukan, Turki akan membalas setiap serangan dari negara tetangga itu meski gencatan senjata sudah dimulai pada 27 Februari,” ungkap Kurtulmus.
(ameera/arrahmah.com)