JAKARTA (Arrahmah.com) – Perilaku lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) adalah penyakit. Bahkan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Seksi Religi, Spritualitas dan Psikiatri (RSP) PDSKJI, sudah merilis pernyataan sikap yang mengatakan, para pelaku lesbian, homoseksual, biseksual dan transgender (LGBT), masuk orang yang memiliki masalah kejiwaan (ODMK).
Psikolog Tika Bisono mengatakan perilaku LGBT dapat disembuhkan. Menurutnya lama tidaknya penyembuhan perilaku itu, tergantung pada kondisi gangguan atau penyimpangannya
Ada dua cara penymbuhan perilaku LGBT. Kata Tika, pertama terapi psikologi untuk mereka yang terpengaruh karena lingkungan dan kedua untuk mereka yang mengaku karena hormon kemungkinan masih dapat disembuhkan dengan terapi hormon.
“Jadi kalau lingkungan bisa terapi secara psikologis, dan kalau hormone bisa terapi secara hormonal di rumah sakit,” ujarnya, Senin (15/2/2016), lansir Republika.
Dia mengatakan kemungkinan mereka yang memiliki penyimpangan karena hormon bisa disembuhkan. Namun itu memerlukan upaya agar mereka tidak berada di tengah-tengah lagi. Kata dia, transgender itu salah satunya, dan kalau memang ingin berubah dapat dilakukan secara klinis kalau hormonnya benar-benar menunjang.
“Banyak yang terapi hormon. Kalau mau memilih salah satu, yaitu terapi hormon,” jelasnya.
Berdasarkannya, untuk kesembuhan lama atau sebentar tergantung dengan kondisi gangguan atau penyimpangannya. Banyak yang bisa diluruskan kembali, terutama mereka yang berada di persimpangan. Jadi kata Tika, nantinya mereka tidak bingung lagi berada di tengah-tengah.
Tika juga menegaskan banyak perilaku LGBT lebih banyak terjadi karena salah bergaul dan kebiasaan daripada masalah hormon. Untuk daat menyembuhkan mereka perlu dilihat berapa lamanya (berprilaku LGBT), tergantung dari gaya hidup mereka.
“Kemudian orang tersebut bersedia diberikan terapi atau tidak?,” katanya..
Dia menerangkan psikoterapi terkait LGBT, sudah ada ratusan tahun. Di Indonesia sudah cukup banyak yang dapat melakukan terapi hormon. Ada yang kembali dan memilih tidak dipersimpangan lagi. (azm/arrahmah.com)