(Arrahmah.com) – Media As-Sahab, divisi media Tanzhim Al-Qaeda, Rabi’ul Awwal 1437, merilis rekaman pesan Syaikh Dr. Aiman Azh-Zhawahiri berjudul “Syam Amanatun fi A’naqikum”, Syam Amanat di Pundak Kalian. Video berdurasi 27 menit 35 detik tersebut muncul di media online pada Kamis, 4 Rabi’ul Akhir 1437 H/14 Januari 2016 M.
Syaikh Aiman menyeru agar mujahidin hanya percaya kepada pertolongan Allah, kemudian kepada diri sendiri dan umat Islam. Ia menegaskan bahwa Allah telah meneguhkan, memberi taufik, dan melindungi mereka dari tipu daya aliansi setan kontemporer yang menggabungkan Rafidhah Shafawiyah, Nushairiyah, orang-orang sekuler, dan salibis barat maupun salibis timur.
Pemimpin Al-Qaeda juga itu berpesan agar mereka memohon pertolongan kepada Allah dan bersabar, karena mereka adalah harapan umat Islam pada masa kini. Cukuplah umat Islam, tegasnya, mengalami bencana akibat perbuatan orang-orang takfiri ekstrim, yang mengorbankan kehormatan kaum muslimin, persatuan kaum muslimin, dan nyawa kaum muslimin demi meraih syahwat kekuasaan.
Pada bagian pertama, Syaikh Aiman sebelumnya telah menegaskan bahwa Syam adalah amanah bagi umat Islam. Ia mengingatkan umat dari upaya-upaya penyelesaian ke arah politik, yang menjauhkan dari tegaknya syariat Islam. Salah satunya adalah konferensi Riyadh, yang baru-baru ini diadakan.
Pada bagian kedua, ia berpesan jangan sampai hasil dari semua pengorbanan mujahidin yang sangat besar dipetik oleh sekelompok manusia sampah dari kalangan kaum sekuler, sebagai akibat dari hasil tawar-menawar para politikus yang mengabaikan pokok-pokok ajaran akidah dan syariah yang baku. Syaikh Aiman tidak ingin jihadis mengulang kembali kesudahan yang buruk dari apa yang mereka namakan Arab Spring di negara-negara Arab lainnya.
Berikut terjemah akhir pesan Syaikh Aiman dalam “Syam, Amanat di Pundak Kalian” tersebut, yang telah dipublikasikan kiblat.net.
***
Antara Khawarij Zaman Dahulu dan Khawarij Kontemporer
Pembunuhan terhadap Abu Khalid as-Suri rahimahullah telah mengungkap sebagian sisi dari kekejian orang-orang ekstrim takfiri masa kini. Antara mereka dengan orang-orang Khawarij zaman generasi awal terdapat sejumlah perbedaan:
Orang-orang Khawarij generasi awal mengumumkan dan membanggakan operasi mereka. Setelah menebas Ali bin Abi Thalib dengan pedangnya, Abdurrahman bin Muljam berteriak, “Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu wahai Ali, bukan pula milik kawan- kawanmu.”
Adapun mereka ini membunuh dan menyerang secara sembunyi-sembunyi, lalu mereka tidak mendapati pada diri mereka keberanian seperti keberanian orang-orang Khawarij generasi awal. Sebab mereka adalah orang-orang pengecut, tidak berani mengumumkan perbuatan yang mereka lakukan, khawatir kalau hal itu akan menyingkap wajah mereka yang sebenarnya. Para pembunuh Syaikh Abu Khalid As-Suri rahimahullah adalah orang-orang pengecut. Mereka memprovokasi orang-orang lain yang bisa diperdaya untuk melakukan pembunuhan, namun mereka sendiri menyembunyikan perbuatan yang mereka lakukan.
Selain perbedaan ini yang disingkap oleh kasus pembunuhan terhadap Syaikh Abu Khalid As-Suri rahimahullah, terdapat sejumlah perbedaan lainnya antara Khawarij generasi awal dan Khawarij zaman sekarang:
Orang-orang Khawarij terdahulu meyakini kebohongan adalah kekafiran. Adapun orang-orang takfiri ekstrim yang baru, berbohong adalah kebiasaan mereka. Para pemimpin mereka tidak merasa malu untuk berbohong bahkan atas diri mereka sendiri. Sampai-sampai salah seorang di antara mereka mengakui suatu perkara, kemudian mengingkari perkara tersebut di depan publik tanpa malu-malu.
Orang-orang Khawarij terdahulu meyakini pembatalan perjanjian secara sepihak adalah kekafiran. Adapun orang-orang takfiri ekstrim yang baru, mereka memandang berloncatan dari satu baiat kepada baiat lainnya adalah sebuah kepiawaian berpolitik, dalam upaya mereka untuk menggapai ambisi meraih kekuasaan.
Orang-orang Khawarij terdahulu mengkafirkan pelaku kemaksiatan. Adapun orang-orang takfiri ekstrim yang baru, mengkafirkan atas dasar kebohongan dan berita palsu yang mereka karang- karang, bahkan atas dasar ketaatan (yang dilakukan oleh orang lain yang mereka kafirkan, edt). Orang-orang Khawarij terdahulu, mereka mengkafirkan atas dasar akidah. Adapun orang-orang takfiri ekstrim yang baru, takfir bagi mereka adalah perkara politik yang tergantung kepada keuntungan. Barang siapa sependapat dengan mereka, atau bergabungnya ia dengan barisan mereka akan memberikan manfaat, niscaya mereka memujinya. Bahkan mereka berulang kali meminta dirinya untuk menyebut-nyebut mereka dan memuji mereka, agar mereka mendapatkan posisi di hadapan manusia.
Adapun barang siapa tidak sependapat dengan mereka, maka mereka berdusta atas nama dirinya, mencaci makinya, dan mengkafirkannya. Hal itu sebagai wujud mengikut manhaj takfir, lalu tafjir (peledakan), lalu menjauhkan, lalu menguasai dengan sewenang-wenang.
Demikian pula, Majalah Dabiq (majalah pro ISIS, edt.) mengingatkanku akan buku berjudul “Hidayatu Rabbil ‘Alamien” tulisan Abu Abdurrahman Amin. [2]
Peristiwa peledakan Masjid Ariha setelah dibebaskan oleh mujahidin dan pembunuhan terhadap orang- orang yang melaksanakan shaum di dalamnya, mengingatkanku akan serangan Al-Khulaifi dan para pengikutnya yang menewaskan orang-orang yang sedang melaksanakan shalat jamaah di Masjid Ansharus Sunnah di Omdurman (Sudan). Lalu mereka melakukan serangan terhadap Madhafah (Kantor Penerimaan Tamu) Syaikh Usamah bin Ladin di Khartum (Sudan). [3]
Ketika Al-Khulaifi ditanya tentang alasannya melakukan serangan terhadap Masjid Ansharus Sunnah, ia mengatakan bahwa masjid itu adalah tempat ibadah orang-orang musyrik. Ketika Al-Khulaifi ditanya kenapa ia menyerang Madhafah Syaikh Usamah bin Ladin, ia menjawab bahwa tempat itu lebih menyesatkan umat manusia, karenanya ia memulai operasinya dengan lebih dahulu menyerang tempat itu.
Di Peshawar, orang-orang takfiri ekstrim mengkafirkan saya karena saya tidak mengkafirkan mujahidin Afghanistan. Kemudian mereka mengkafirkan Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi karena beliau tidak mengkafirkan saya.
Dahulu mereka itu mengklaim berada di atas madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan mengklaim tidak mengkafirkan atas dasar kemaksiatan. Hal itu seperti halnya klaim-klaim kelompok Al-Baghdadi (ISIS, edt), yang mengklaim kelompoknya berada di atas madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, namun kelompoknya mengkafirkan manusia atas dasar kepalsuan dan kebohongan, juga dengan hal-hal yang bukan amal kekafiran, bahkan mengkafirkan manusia yang mengerjakan amal-amal ketaatan, mengikuti Al-Qur’an dan as-sunnah.
Contohnya, mereka mengkafirkan Abu Sa’ad al-Hadhrami rahimahullah (mantan komandan Jabhah Nushrah dan ISIS di propinsi Raqqah, kemudian divonis murtad dan diekesekusi mati oleh ISIS, edt) karena ia mengambil baiat dari FSA untuk berjihad.
Mereka juga mengkafirkanku karena menurut keyakinan mereka, aku mengikuti pendapat mayoritas manusia dan aku tidak kufur kepada thaghut, karena aku mendukung revolusi rakyat yang terzalimi dan aku berbicara dengan lemah lembut kepada Muhammad Mursi yang ditawan (oleh rezim Mesir, edt), semata-mata karena saya mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berdakwah. Penyebab yang sebenarnya dari kepalsuan dan kebohongan mereka terhadap diriku ini adalah karena saya mencegah ketamakan mereka, dalam upaya menghentikan pertumpahan darah kaum muslimin.
Kewajiban Senantiasa Mendakwahi Kelompok Takfiri Ekstrim
Saya telah bergaul dengan orang-orang takfiri dengan beragam golongan dan jenis mereka di Mesir, sampai-sampai pada tahun 1970an saya menulis dengan tanganku sendiri bantahan atas kekeliruan- kekeliruan mereka. Mereka biasanya memperalat semangat para pemuda yang menolak kebobrokan dan penyimpangan dari Islam, dan banyak pula orang-orang jujur pencari kebenaran yang bergabung dalam barisan mereka.
Ini merupakan tanda-tanda berita gembira. Dari mengikuti kasus secara terus-menerus, menjadi jelas bahwa mayoritas orang yang bergabung dengan mereka, pada akhirnya keluar dari kelompok mereka setelah beberapa waktu lamanya. Bahkan banyak di antara orang yang keluar dari kelompok mereka pada akhirnya menjadi orang yang lebih berkomitmen kepada manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan antusias dalam menjaga kehormatan kaum muslimin, berdasar pengalaman mereka sebelumnya.
Hal ini mengajak kita untuk terus-menerus mendakwahi mereka dan menjelaskan hakikat persoalan kepada mereka serta mengungkap kepalsuan media massa mereka. Sebab selihai dan secanggih apa pun media massa mereka melakukan kepalsuan dan penipuan, ia tidak akan mampu mengubah hakikat di balik semuanya. Kebenaran akan tetap menjadi kebenaran, kebohongan akan tetap menjadi kebohongan, memenuhi perjanjian akan tetap menjadi memenuhi perjanjian, dan pengkhianatan akan tetap menjadi pengkhianatan.
Nasehat Untuk Mujahidin di Suriah
Saudara-saudaraku mujahidin Islam di negeri ribath dan jihad Syam…
Sesungguhnya aliansi setan kontemporer yang menggabungkan Rafidhah Shafawiyah, Nushairiyah, orang- orang sekuler, dan salibis barat maupun salibis timur sedang menunggu-nunggu kehancuran kalian.
Mereka berupaya untuk memecah-belah barisan mujahidin dan mengadu sebagian mujahidin dengan sebagian lainnya.
Maka berpegang teguhlah dengan akidah kalian, berserah dirilah kepada Rabb kalian, dan bersandarlah —setelah berserah diri kepada Allah— kepada diri kalian dan umat kalian.
Waspadailah para makelar Barat, yang memiliki perusahaan-perusahaan minyak internasional di negara- negara Teluk, mereka menjanjikan secuil bantuan kepada kalian dengan syarat kalian melepaskan sebagian akidah kalian dan kalian berlepas diri dari saudara-saudara kalian.
Allah telah meneguhkan kalian, memberi kalian taufik, dan melindungi kalian dari tipu daya mereka. Maka mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah, karena kalian adalah harapan umat Islam pada masa kini. Janganlah kalian mengecewakan harapan mereka pada diri kalian. Cukuplah umat Islam mengalami bencana akibat perbuatan orang-orang takfiri ekstrim, yang mengorbankan kehormatan kaum muslimin, persatuan kaum muslimin, dan nyawa kaum muslimin demi meraih syahwat kekuasaan.
Para makelar Barat akan berupaya memblokade kalian dalam penjara nasionalisme dan kebangsaan, yang telah dipaksakan atas diri kita sejak runtuhnya khilafah. Maka janganlah kalian tertipu oleh pancingan mereka. Sebab kalian adalah para perintis umat Islam dan pasukan pelopornya untuk membebaskan Al- Aqsha, dengan izin Allah.
Kekuatan kalian —setelah kekuatan Allah SWT— terletak pada diri umat Islam, maka bersama umat Islam terjunilah perang pembebasan negeri Syam, kemudian perang pembebasan Al-Quds, dengan izin Allah.
Saudara-saudaraku mujahidin Islam di negeri ribath dan jihad Syam…
Sesungguhnya negeri Syam adalah amanat di pundak kalian, maka janganlah kalian menyerahkannya kepada orang-orang sekuler, jangan pula kepada orang-orang Rafidhah Shafawiyah, jangan pula kepada orang-orang Nushairiyah, dan jangan pula kepada orang-orang takfiri ekstrim.
Janganlah kalian berhenti dari jihad kalian sehingga tegak Daulah Islam di negeri Syam, hukum syariat Islam diberlakukan, dan berdiri kokoh panji jihad, serta kalian menjadi pasukan pelopor menuju pembebasan Al-Aqsha, dengan izin Allah.
Akhir dari seruan kami adalah segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.
Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh
Media As-Sahab Rabi’ul Awwal 1437 H
Ket:
[2] Abu Abdurrahman Amin adalah amir baru faksi jihad Jama’ah Islamiyah Musallahah Aljazair pasca terbunuhnya amir terdahulu, Abu Abdillah Ahmad. Abu Abdurrahman Amin membawa dan menetapkan takfiri ekstrim sebagai manhaj Jama’ah Islamiyah Musallahah. Pada akhir tahun 1995, kepemimpinan Abu Abdurrahman Amin yang jahat dan takfiri ekstrim membunuh sejumlah tokoh mujahidin, seperti Syaikh Muhammad As-Sa’id, Abdul Wahhab Al- Imarah, dan mujahidin lainnya yang berafilisasi kepada Jama’ah Thalabah.
Dengan persetujuan Abu Abdurrahman Amin, buku Hidayatu Rabbil ‘Alamin dinyatakan sebagai manhaj Jama’ah Islamiyah Musallahah. Buku itu mengandung berbagai bentuk kebodohan, radikalisme, takfiri, dan penyimpangan yang semakin memperjelas penyimpangan baru jama’ah tersebut di bawah pemimpin barunya. Lihat: Abu Mush’ab as-Suri, Perjalanan Gerakan Jihad, hlm. 156-158
[3] Pada hari Jum’at, 17 Ramadhan 1436 H /3 Juli 2015 M, Mujahidin Jabhah Nushrah menyelenggarakan acara ifthar jama’i (buka puasa) bersama masyarakat Ariha di Masjid Jami’ Salim, Kota Ariha, Propinsi Idlib. Seorang pejuang ISIS menyusup di tengah jama’ah dan melakukan serangan bom bunuh diri, sehingga menewaskan lebih dari 25 mujahidin Jabhah Nushrah dan penduduk sipil lainnya. Puluhan mujahidin dan penduduk sipil juga cedera dalam serangan tersebut. Lihat: http://eldorar.com/node/80542, http://islammemo.cc/akhbar/arab/2015/07/05/253402.html, dan http://www.aljazeera.net/news/reportsandinterviews/2015/7/18/ﺑﺈﺩﻟﺏ-ﺍﻟﻣﻌﺎﺭﺿﺔ-ﻓﻲ-ﻟﻘﺎﺩﺓ-ﺍﻏﺗﻳﺎﻝ-ﻣﺣﺎﻭﻻﺕ
(banan/arrahmah.com)