(Arrahmah.com) – Arab Saudi telah mengeksekusi 47 tahanan, di mana 43 dari mereka adalah Muslim Sunni yang terdiri dari sejumlah ulama, penuntut ilmu dan Mujahidin. Yang paling menonjol di antara mereka adalah Syaikh Faris Az-Zahrani yang memiliki gelar master dalam hukum Islam, Syaikh Hamd bin Abdullah Al-Hamidi yang menghabiskan sebagian besar hidupnya belajar di “telapak kaki” para ulama senior, dan Syaikh Abdulaziz At-Tuwaili yang dikenal dengan pengetahuannya yang luas dan mendalam.
Rezim Saudi bahkan telah mencoba mendesak Syaikh At-Tuwaili untuk menyisihkan ajaran-ajarannya di televisi nasional. Namun ia tak gentar dan meminta diadakannya diskusi dengan para ahli untuk membuktikan argumennya. Tetapi mereka menolak dan menyiksanya sampai ia menjadi gila, dan mereka mengeksekusinya di tengah kondisi kesehatan medisnya yang demikian. Semoga Allah menerima mereka semua.
Mujahidin telah mencoba untuk membebaskan mereka dengan pertukaran tawanan. Mereka ingin mengorbankan apa saja yang mereka miliki untuk membebaskan mereka (para tahanan Sunni). [Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula] (AQAP), misalnya, ingin menukar tawanan Abdullah Al-Khalidi, konsul Saudi di Aden, dengan tahanan Muslim di Arab Saudi, tapi rezim malah terang-terangan tidak mempedulikan pejabat mereka sendiri dengan menolak [diadakannya pertukaran tawanan] berkali-kali.
Mujahidin telah berhasil melakukan pertukaran tawanan sebelumnya. Tidak seperti ekstrimis bodoh yang hanya menggunakan tawanan mereka untuk propaganda mengerikan mereka. Taliban [atau Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA)], misalnya, berhasil melakukan pertukaran tawanan dengan menggunakan tentara Amerika Bowe Bergdahl yang telah mereka tawan selama lima tahun. Mereka meminta Bergdahl ditukar dengan lima petinggi Taliban yang dipenjarakan di Teluk Guantanamo. Jabhah Nushrah juga mampu membebaskan 29 tahanan (termasuk 4 anak-anak) dari pemerintah Libanon, termasuk dalam kasus lainnya yang diatur oleh Jabahah Nushrah di mana Mujahidin melakukan pertukaran tawanan dengan pembebasan 16 tentara Libanon yang telah ditawan oleh Jabhah Nushrah selama lebih dari setahun.
Syaikh Dr. Aiman Az-Zhawahiri mengatakan penuh pujian dalam sebuah pidato baru-baru ini: “Saya berterima kasih kepada saudara-saudara Mujahid saya di mana pun berada yang melakukan perlawanan untuk membebaskan para tahanan Muslim dan Muslimah, dan di sini saya terutama ingin menyebutkan saudara yang mulia saya, singa-singa Islam di kubu Suriah, para penjaga Yerusalem, Jabhah Nushrah yang gagah berani. Yang berusaha untuk membebaskan para tahanan laki-laki dan perempuan di tangan pemerintah Libanon. Semoga Allah membalas kalian dengan balasan terbaik di dunia dan di akhirat. Mereka telah menyembuhkan hati kaum Muslimin dan menggembirakan penglihatan mereka. Saya memohon kepada Allah semoga Dia menempatkan amalan tersebut pada skala amalan yang baik pada hari kiamat. Saudara-saudaraku yang mulia, kesepakatan yang diberkahi ini adalah sebuah kemenangan dari Allah, kalian membebaskan tahanan laki-laki dan perempuan, dan kalian menolong para pengungsi (di Arsal) dengan bantuan, obat-obatan dan bantuan medis. Kalian membuktikan bahwa kalian adalah pelindung umat kalian. Dan bahwa kalian ingin menumpas penderitaan dan membebaskan mereka dari penindasan. Dan bahwa kalian adalah pelindung kehormatan mereka. Sehingga, semoga Allah membalas kalian dengan cara yang terbaik. Saudara-saudaraku Jabhah Nushrah yang gagah berani, kalian memberikan teladan yang mulia bagi Mujahidin dimanapun, tetaplah berada di jalan yang diberkahi ini, dan berusahalah untuk melakukan amalan ketaatan yang lebih baik dan menahan diri dari dosa dan ketidaktaatan.” (Sumber: Syam – Amanat di Pundak Kalian)
Beberapa tahun yang lalu saudara-saudara dari Al-Qaeda meluncurkan sebuah operasi melawan penjajah Tentara Salib di Arab Saudi. Di antara para anggota [Al-Qaeda] itu ialah para ulama, penuntut ilmu, veteran Mujahidin dari Afghanistan dan tempat lainnya. Dengan rahmat karunia Allah, Tentara Salib merasakan hari-hari yang pahit pada tahun-tahun itu. Mereka [Mujahidin] menyerang kepentingan mereka [Tentara Salib] di wilayah tersebut, terutama kepentingan AS, seperti pengeboman Kompleks Riyadh pada tahun 2003, serta serangan Yanbu dan Khobar pada tahun 2004. Rezim Saudi marah dan berdiri bersama majikan Barat mereka, melancarkan perburuan kejam terhadap saudara-saudara Mujahid. Mereka mengerahkan seluruh tentara mereka untuk menghancurkan sel ini, sementara para ulama pemerintah mereka tidak menyibukkan diri mereka dengan hal lain. Sejumlah besar saudara-saudara [Mujahid] dibunuh, yang lain dipenjara, sedangkan sisanya menyusun kembali front Jihadi yang lebih sukses dan memadai di Yaman, yang sekarang dikenal sebagai AQAP.
Sementara saudara-saudara Mujahid melanjutkan operasi mereka di Yaman, para ulama dan pelajar serta Mujahidin yang tetap tinggal di Arab Saudi mengalami semua jenis penindasan dan penyiksaan di penjara Saudi. Sampai beberapa dari mereka akhirnya dieksekusi. Satu-satunya “kejahatan” mereka hanyalah karena mereka melawan dan menyerang penjajah Tentara Salib di wilayah tersebut. Sementara Nabi (ﷺ) bersabda:
وَأَنْ لَا يُقْتَلَ مُسْلِمٌ بِكَافِرٍ
“Seorang Muslim tidak bisa (tidak boleh) dihukum mati karena dia membunuh orang kafir.” (HR. Bukhari, Nasai, Ibnu Majah)
Kalau seorang Muslim membunuh orang Kafir karena sebab tertentu yang tidak sesuai Syariat, maka hukumannya adalah membayar denda, bukan hukuman qisas. Lantas, bagaimana dengan musuh penjajah tirani yang berperang melawan umat Islam!
Hati-hati kaum Muslimin terluka parah menyaksikan pelaksanaan eksekusi para ulama, para penuntut ilmu, para pemuda Mujahid yang tulus itu di Arab Saudi. Mereka dibunuh karena mereka menolak penindasan terhadap umat mereka, mereka tidak menerima penghinaan dalam agama mereka, mereka tidak menerima situasi yang menyakiti umat. Mereka dibunuh karena mereka adalah ghuraba di tengah situasi yang penuh gejolak ini, mereka adalah ghuraba di antara orang-orang mereka sendiri. Tapi mereka tidak datang dengan agama baru, mereka justru seperti para Sahabat [Rasul] pada masa Mekkah, saat di mana mereka lemah dan tertindas.
Para penuntut ilmu dan pemuda Mujahid serta ulama mengorbankan hidup mereka untuk agama mereka, untuk meninggikan firman Allah di muka bumi, dan untuk menegakkan Syariah Rabb kita. Mereka menjual hidup mereka dengan harga murah demi kebangkitan umat kita, sehingga umat akan sekali lagi berdiri di depan semua bangsa, bukan di belakang semua bangsa, menjadi yang pertama bukan yang terakhir. Mereka menghabiskan hidup mereka untuk melancarkan Jihad dan memperoleh pengetahuan. Mereka meninggalkan kenikmatan dunia ini, mereka meninggalkan istri mereka, anak-anak mereka, rumah mereka, keluarga mereka, dan barang-barang mereka, untuk apa? Untuk aturan Allah, dan penghapusan penindasan, dalam membela umat ini. Mereka dibunuh karena ini! Mereka dibunuh karena mereka ingin mengusir Tentara Salib dari Jazirah Arab, sebagaimana perintah Nabi (ﷺ), yang bersabda:
“Usirlah kaum Musyrik dari Jazirah Arab”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka adalah mahkota di atas kepala kita, mereka berdiri untuk membela kita, mereka adalah kebanggaan kita. Kami tidak akan menerima eksekusi ini di atas orang-orang yang berdosa di antara umat kami, apalagi kebanggaan umat ini. Jika mereka tinggal di negara lain mereka akan dihormati, mereka akan perlakukan dengan baik, mereka akan dipuji karena keberanian mereka dan karena membela bangsa mereka, mereka tidak akan dieksekusi. Kejahatan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, pembalasan adalah suatu keharusan. Rezim Saudi harus memahami bahwa darah saudara-saudara Muslim kami, apalagi yang terbaik di antara mereka, tidaklah murah.
Dan pembalasan terbaik adalah dengan menyerang Barat, rezim boneka Saudi. Selain itu, menyerang mereka adalah sebuah prioritas Jihadi, di mana memutus perlindungan dari majikan mereka akan berimbas pada kejatuhan rezim Saudi yang efisien dan tak terelakkan. Seperti banyak ulama, penuntut ilmu dan Mujahidin tulus lainnya yang ditangkap atas permintaan AS. Dan mereka dieksekusi atas permintaan AS. Eksekusi ini sangat mencurigakan, saat kita melihat waktu dan jumlah mereka yang dieksekusi, mereka dieksekusi dalam eksekusi masal terbesar dalam beberapa dekade sejarah Arab. Mereka tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap rezim, mereka justru menjadi ancaman bagi kepentingan Barat di wilayah tersebut, sehingga eksekusi mereka itu tak diragukan lagi diperintahkan oleh AS. Oleh karenanya, menargetkan kepentingan AS di kawasan itu adalah pembalasan yang terbaik.
Seperti yang dikatakan Syaikh Aiman Az-Zhawahiri baru-baru ini: “Saya katakan kepada Mujahidin, pembalasan terbaik adalah dengan menyerang koalisi Salib-Zionis, mengejar kepentingan mereka sebisa mungkin. Adapun kepedihan terbesar Al-Saud adalah bahwa majikan mereka diserang dan karena itu mereka mencari seorang hamba baru selain mereka.” (Sumber: Al Saud – Para Pembunuh Mujahidin)
Kami memberikan kabar gembira mengenai janji Nabi (ﷺ) dalam Hadits Qudsi, di mana Allah berfirman: “Siapa yang memusuhi seorang kekasihku, maka Aku menyatakan perang kepadanya.” Kebulatan tekad Mujahidin untuk menghadapi rezim Saudi meningkat sejak eksekusi-eksekusi ini. Mujahidin di seluruh dunia telah berjanji bahwa darah mereka tidak akan tumpah tanpa melakukan pembalasan. Saudara-saudara Muslim yang dieksekusi akan menerima apa yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka, juga orang-orang munafik dari Al-Saud akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka. Dan biarkan musuh-musuh bodoh Allah tahu bahwa dengan mengeksekusi mereka, mereka telah menulislan nama mereka dalam sejarah. Lihatlah para syudaha ulama sebelum mereka seperti Syaikh Abdullah Azzam dan Sayyid Qutb, semoga Allah mengasihi mereka semua. Darah mereka adalah cahaya penuntun bagi umat Islam dan api yang menyala untuk musuh-musuh Allah. Darah ulama dan saudara-saudara Mujahid yang dieksekusi juga akan menjadi penerang bagi umat Islam dan [menjadi] api bagi musuh, insyaaAllah.
Rezim Saudi terlibat dalam konflik yang sulit di Yaman dan Suriah, dan banyak masalah internal dan eksternal lainnya, tetapi mereka tetap membuka pintu baru untuk konflik yang akan menimbulkan ancaman keamanan besar bagi mereka, dari lebih dari satu sisi dan dari lebih dari satu front. Rezim Saudi telah banyak menderita di masa lalu dari konfrontasi mereka dengan Al-Qaeda yang bahkan tidak secara langsung menyerang rezim Saudi melainkan hanya menyerang kepentingan Barat di wilayah tersebut. Rezim Saudi bahkan tidak mampu menyelesaikan konflik mereka dengan Syiah di Qatif. Namun demikian mereka mencari konfrontasi baru.
Ini merupakan kebodohan politik mereka yang terulang. Kita telah melihat kebodohan politik ini sebelumnya, ketika mereka ingin menggulingkan Saddam Hussein, yang langsung diberdayakan Syiah dan membuka pintu untuk Rafidhah Iran di wilayah tersebut, yang justru menimbulkan ancaman lebih besar bagi rezim Saudi. Ketika mereka mengeluh tentang ekspansi Rafidhah di wilayah tersebut, mereka memberdayakan dan membantu Rafidhah dengan partisipasi mereka dalam koalisi di Suriah dan Irak. Jika hal ini bukan kebodohan politik, lalu apa?
Setiap rezim arif yang berdiri di posisi Al-Saud pada saat itu tidak akan begitu bodoh untuk membuka front baru dan mengekspos dirinya untuk ancaman keamanan baru. Tapi perbudakan mereka untuk majikan Barat mereka dan permusuhan mereka terhadap Mujahidin membuat mereka buta. Mereka tidak bisa memilih waktu yang lebih buruk. Memang, mereka sengaja membunuh 4 Syiah Rafidhah, dan terutama Nimr Al-Nimr, untuk melawan kemarahan publik dan menghadapi reaksi atas pembunuhan terhadap 43 ulama, penuntut ilmu dan Mujahidin Sunni. Namun ini hanya akan menipu massa yang naif dan teledor, namun Mujahidin yang akan melakukan pembalasan bukanlah orang-orang yang naif dan teledor.
Rezim Saudi sedang mencoba untuk meyakinkan publik yang naif bahwa mereka melancarkan perang melawan Rafidhah. Terlepas dari kenyataan bahwa 43 dari 47 tahanan yang dieksekusi adalah Muslim Sunni, termasuk ulama, penuntut ilmu dan veteran Mujahidin, kita tidak mendengar tentang mereka di media, semua perhatian media malah terfokus pada Rafidhah Nimr Al-Nimr. Mereka juga mencoba untuk membingungkan umat Islam dengan menyerang Syiah Zaidi di Yaman untuk kepentingan pribadi mereka sendiri, setelah mendukung presiden Zaidi Yaman yang digulingkan, Ali Abdullah Saleh, selama dua dekade, sementara mereka juga membantu dan memberdayakan cabang Syiah yang lebih ekstrim dari Rafidhah di Irak dan bahkan Suriah. Rezim Saudi selain itu juga memberikan 1 miliar dolar bantuan pada Agustus 2014 lalu untuk tentara Libanon, yang sangat dipengaruhi oleh Syiah Rafidhah “Hizbullah”. Dan sementara pesawat-pesawat Rusia mengebom warga sipil Muslim yang tak berdosa tanpa pandang bulu di Suriah, Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir mengunjungi Rusia dan tanpa malu-malu menyatakan bahwa Arab Saudi harus lebih bekerja sama lagi dengan Rusia untuk memerangi “terorisme”.
Namun rezim tiran Saudi telah menandatangani surat kematiannya sendiri dengan darah para ulama. Eksekusi terhadap Ulama Tafsir Said bin Jubair menyebabkan kematian dan kejatuhan Al-Hajaaj, dan Al-Waathiq menjadi sakit dan meninggal setelah ia mengeksekusi ulama besar Imam Ahmad bin Nasir Al-Khuza’i. Mereka dieksekusi karena mereka mengatakan yang sebenarnya dalam menghadapi tiran. Demikian juga para ulama ini, yang dieksekusi karena mengatakan yang sebenarnya dalam menghadapi tiran Arab. Darah mereka insyaaAllah akan menjadi penyebab kejatuhan rezim Saudi. Penulis Saudi, Turki Al-Hamad, yang baru-baru menghina agama Islam malah berkeliaran bebas di jalan-jalan Riyadh, sementara rezim Saudi membunuhi para ulama yang membela agama Allah. Demikian juga penyair Hamsa Kashgari yang menghina Nabi (ﷺ), dia dibebaskan oleh apa yang disebut sebagai “negara Tauhid”, sedangkan ulama Tauhid justru dipenjara dan dieksekusi.
Saudi menyerupai orang-orang kafir yang membunuh nabi dan orang-orang yang berada di jalan yang benar. Allah berfirman tentang mereka: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi dengan tanpa alasan yang benar dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka berilahlah mereka kabar gembira, bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong.” (QS. Ali-Imran: 21-22).
Anwar Saddat, Mubarak, Ali Abdullah Saleh, Ali Zain Al-AbidIn, Al-Qadaffi, semua dari mereka juga menggunakan kebijakan yang sama terhadap Mujahidin. Sekarang lihatlah di mana mereka berakhir, di tong sampah sejarah, sedangkan Mujahidin telah berkembang menjadi sebuah gerakan Jihad di seluruh dunia yang harus diperhitungkan. Tidak ada bangsa arif di muka bumi yang membunuh orang-orang arif mereka sendiri, inilah bukti bahwa pemerintah tirani bukanlah bagian dari bangsa ini. Sebaliknya, mereka adalah boneka dari musuh-musuh bangsa ini. Itulah sebabnya mereka membunuh ulama kita. Mereka membunuh mereka pada pembukaan tahun baru Kristiani 2016, seolah-olah mereka ingin menyenangkan majikan Kafir mereka dengan sebuah pengorbanan dan hadiah tahun baru.
Kendatipun eksekusi masal ini tidak mengejutkan siapa pun, yang kenal dengan kecurangan busuk dan pengkhianatan rezim ini. Ini bukan pertama kalinya mereka melaukan eksekusi masal terhadap para ulama, penuntut ilmu dan Mujahidin. Mereka diantaranya juga telah mengeksekusi 68 penuntut ilmu dan pengkhotbah setelah peristiwa 1979 di Mekkah. Dan kejahatan bersejarah mereka dalam Pertempuran Sabilla terhadap Ikhwan Badui sebelum itu masih tertulis di halaman hitam sejarah kriminal mereka. Mereka telah melakukan beberapa serangan terhadap penuntut ilmu dan ulama di masa lalu, seperti serangan Al-Rass pada tahun 2005 yang membunuh 15 penuntut ilmu dan ulama serta menangkap 7 orang lainnya, di mana diantaranya ialah yang baru-baru ini dieksekusi, Syaikh Hamd bin Abdullah Al-Hamidi, semoga Allah menerimanya.
Al-Saud sebelumnya mengubah kurikulum Islam dan memulai kampanye penangkapan terhadap banyak ulama dan para penuntut ilmu, semua sesuai dengan perintah dari majikan mereka di Barat. Banyak dari mereka yang dicegah berkhotbah. Yang lainnya bahkan dicegah melakukan bakti amal. Pekerja bantuan ditangkap tanpa tuduhan apapun, hanya karena AS menuduh mereka mendukung “terorisme”. Rezim Saudi menyelenggarakan konferensi besar menyeru untuk melawan “terorisme” sesuai dengan pemahaman dan interpretasi Paman Sam. Mereka membuat banyak kompromi dengan Barat dan Zionis, menebusnya dengan negri dan hidup kaum Muslimin. Mereka mengizinkan pangkalan udara militer untuk pesawat tak berawak AS yang mengebom Muslim di Yaman, setelah mereka memberikan pangkalan udara untuk pengeboman besar terhadap warga sipil Irak pada tahun 2003. Mereka melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan AS, setelah menjarah sumber daya umat dianggap belum juga cukup.
Ketika revolusi dimulai di negara-negara Arab wajah jelek mereka bahkan terekspos lebih jauh. Mereka melindungi dan menaungi Ali Zain Al-Abidin, dan mengawal jejaknya dan tidak ingin menyerahkan dia ke pengadilan di Tunisia. Mereka juga melindungi dan menaungi Ali Abdullah Saleh di Yaman, namun dalam kasus ini, sihir justru berbalik melawan si penyihir sendiri, karena ia akhirnya berbalik melawan mereka. Setelah itu mereka menghabiskan jutaan dolar untuk menggagalkan revolusi di Mesir, dan mereka mendukung penindasan rezim berdarah dan busuk As-Sisi terhadap Muslim yang lemah di Mesir. Setelah itu mereka memiliki peran utama dalam koalisi baru di Irak dan Suriah, yang sangat dipuji oleh Barat. Memang sejarah Al-Saud begitu hitam, perang mereka terhadap Islam tidak tersembunyi bagi siapa saja. Dan konferensi Riyadh baru-baru ini, yang dibentuk untuk merusak Jihad di Suriah, hanyalah link lain dalam rantai panjang pengkhianatan mereka, mirip dengan Konvensi Uqair 1922 dan banyak perjanjian berbahaya setelah itu yang dilakukan oleh rezim kanker busuk ini.
Sejumlah saudara Mujahid yang dieksekusi, seperti Fikri Ali bin Yahya Faqih, menyerahkan diri mereka ke rezim setelah mereka dijanjikan amnesti. Namun mereka ternyata tetap dieksekusi meskipun sudah dijanjikan amnesti! Inilah tingkat berbahaya rezim yang busuk ini. Jadi, benar-benar menakjubkan bahwa masih ada sejumlah Muslim yang menyandarkan harapan mereka pada rezim busuk ini. Begitu memalukan pula bahwa Syiah Rafidhah justru berdiri bersama-sama untuk membela salah satu tokoh mereka, Nimr Al-Nimr, di dalam dan luar Arab Saudi. Terlepas dari kenyataan bahwa ia bersikap kritis untuk kebijakan Syiah di wilayah tersebut, dan di tengah fakta bahwa ia menjauhkan diri dari pemerintah Iran. Sementara jumlah orang-orang terbaik Sunni yang dieksekusi mencapai 43 orang.
Memang berbagai pihak mencoba untuk menyalahgunakan kesempatan ini untuk kepentingan agenda politik pribadi mereka sendiri. Terutama Syiah Rafidhah yang secara besar-besaran menolak eksekusi Nirm Al-Nimr. Mereka mencoba untuk menyalahgunakan kesempatan ini seperti yang mereka lakukan dengan menyerbu Mina pada 2015. Demikian juga Khawarij ISIS yang menolak pelaksanaan eksekusi terhadap Mujahidin dan ulama dari Al-Qaeda ini, sedangkan mereka sendiri melakukan Takfir pada para ulama dan Mujahidin Al-Qaeda, dan bahkan mereka juga membunuh sejumlah ulama dan Mujahidin Al-Qaeda. Betapa memalukan bagi Ahlussunnah untuk tetap diam sementara kita membiarkan burung-burung bangkai dan para munafik itu menyalahgunakan kematian mereka untuk keuntungan politik mereka sendiri dan permusuhan pribadi.
Eksekusi-eksekusi ini sekali lagi menampakkan ulama pemerintah yang memuji rezim untuk eksekusi-eksekusi ini dan melabeli eksekusi-eksekusi tersebut sebagai penghakiman berdasar hukum Syariah. Mereka belum juga merasa cukup sudah diam saja menghadapi ketidakadilan ini, belum, mereka bahkan berdiri dan mencoba untuk meyakinkan umat Islam bahwa eksekusi ini tepat. Tapi bahkan ini juga belum cukup bagi mereka, setelah eksekusi ini mereka bahkan mengucapkan selamat kepada rezim Saudi! Ulama Pemerintah Saudi, Ali Al-Maaliki, bahkan mengatakan bahwa pemimpin Saudi memiliki hak Syariah untuk membunuh sepertiga dari orang Arab untuk menyelamatkan sepertiga lainnya. Ini terjadi [pada kaum Sunni], sementara para pendeta Syiah justru menyatukan kata-kata mereka dan menolak eksekusi terhadap salah satu tokoh mereka.
Eksekusi-eksekusi ini menunjukkan bahwa para ulama pemerintah akan menerima dan memaafkan kejahatan apapun yang dilakukan oleh majikan Saudi mereka, tidak peduli seberapa serius, seperti telah kita lihat berkali-kali sebelumnya. Mereka mengikuti rezim ke mana pun rezim pergi dan mereka tidak takut akan konsekuensi kejahatan mereka, tanpa rasa malu atau pertimbangan agama atau bahkan nyawa manusia. Mereka telah membasahi pena mereka dalam darah Muslim yang tidak bersalah. Sementara sebagian besar dari mereka mengetahui kenyataan, dan jika mereka tidak tahu maka mereka benar-benar buta. Banyak dari mereka tidak memiliki pengetahuan dasar tentang aktualitas dari umat, karena informasi yang mereka terima dari rezim Saudi disensor dan berubah. Imam Al-Harram misalnya bahkan berdoa untuk Al-Fouah, tidak menyadari bahwa itu kubu rezim Asad, Rafidhah.
Kaum Muslimin harus tahu bahwa mereka tidak bisa mengandalkan ulama pemerintah yang tidak kompeten di masa-masa bergejolak ini, mereka tidak akan membantu umat melawan penindasan. Berapa banyak bencana telah melewati umat ini dalam beberapa dekade terakhir sementara kita tidak melihat dukungan dari ulama pemerintah, bahkan mereka kembali menusuk umat dari belakang lagi dan lagi. Para ulama dan mujahidin terbunuh dengan putusan para ulama pemerintah yang dibodohi ini, yang telah menjadi mainan di tangan Tentara Salib Barat. Lihatlah perbedaannya: Para ulama yang dieksekusi menjual dunia mereka untuk akhirat, sementara ulama pemerintah menjual agama mereka untuk dunia ini.
Nabi (ﷺ) bersabda: “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.” Dan beliau (ﷺ) bersabda: “Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan orang yang berkata melawan penguasa kejam, ia melarang dan memerintah, namun akhirnya ia mati terbunuh.” Semoga Allah menerima mereka di antara para syuhada terbaik.
Diterjemahkan dari: @Al_Maqalaat
Jangan lupakan kami dalam doa-doa kalian.
(banan/arrahmah.com)