KUWAIT (Arrahmah.com) – Kuwait telah menghukum mati seorang warga Kuwait dan seorang warga Iran setelah mereka dinyatakan bersalah karena telah menjadi mata-mata untuk Iran dan merencanakan serangan di negara Teluk setelah sidang di mana terdakwa mengatakan pengakuannya kepada pengadilan.
Seorang warga Iran, Abdulreda Hayder, diadili secara in absentia bersama dengan sekelompok Syiah Kuwait atas tuduhan menjadi mata-mata untuk Iran dan menyembunyikan sejumlah besar senjata dan amunisi di bunker bawah tanah, lansir Middle East Eye, Selasa (12/1/2016).
Pengadilan mengatakan bahwa Hayder adalah mata-mata Iran yang merekrut Syiah Kuwait dan menyusun rencana untuk melakukan perjalanan ke Lebanon, di mana mereka menerima pelatihan militer dari kelompok Hizbullah yang didukung Iran.
Sedangkan seorang pria lainnya, seorang warga Kuwait, Hassan Abdul Hadi Ali, telah menjadi anggota Hizbullah sejak tahun 1996 dan merupakan dalang dari sel Syiah, kata pengadilan.
Vonis itu datang di tengah sengketa yang tumbuh antara Teheran dan negara Arab Teluk setelah pengunjuk rasa Iran pada 2 Januari membakar misi diplomatik Arab Saudi di Iran yang didominasi Syiah.
Serangan itu dipicu oleh kemarahan atas eksekusi tokoh terkemuka Syiah Nimr al-Nimr oleh Saudi.
Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran pada hari berikutnya dan sejumlah sekutu Arab Sunni menyusul langkah Saudi, termasuk Bahrain dan Sudan.
Negara-negara Arab lainnya mengurangi level hubungannya dengan Iran atau menarik duta mereka dari Teheran.
Kuwait menarik duta besarnya dari Iran untuk memprotes serangan tersebut dan memanggil duta besar Iran untuk mengekspresikan ketidaksetujuannya.
(ameera/arrahmah.com)