ANKARA (Arrahmah.com) – Turki telah mengatakan bahwa langkah-langkah harus diambil untuk melindungi kedutaan negara-negara setelah terjadi serangan fisik terhadap kedutaan Arab Saudi di Iran yang memicu gelombang ketegangan regional.
Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Turki itu terjadi pada Selasa (5/1/2016), setelah warga Iran menyerang kedutaan Arab Saudi di Iran sebagai protes atas eksekusi tokoh Syiah pada Sabtu (2/1), sebagaimana dilansir oleh World Bulletin.
“Serangan-serangan terhadap kedutaan Arab Saudi di Teheran dan Mashhad tidak dapat diterima karena negara tuan rumah harus melindungi gedung keduataan dan konsulat yang memiliki kekebalan penuh di bawah Konvensi Wina,” kata kementerian itu, pada Selasa (5/1).
Kementerian itu juga mendesak Riyadh dan Teheran untuk bertindak agar ketegangan antara kedua negara tidak mempengaruhi kawasan Timur Tengah secara lebih luas.
Gesekan antara Syiah Iran dan Sunni Arab Saudi – saingan regional sengit yang berada dalam posisi yang berlawanan dalam konflik di Suriah dan Yaman – diperparah dengan adanya eksekusi tokoh Syiah Nimr Baqir al-Nimr oleh pemerintah Arab Saudi pada hari Sabtu.
Sebelum penangkapannya pada Juli 2012, Nimr memimpin protes massa menentang rezim Saudi. Dia termasuk diantara 47 orang yang dieksekusi pada hari Sabtu atas pelanggaran terorisme.
Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada Ahad (3/1) setelah pengunjuk rasa Iran menyerang dan membakar kedutaan Saudi di Teheran dan konsulat Saudi di Masyhad.
Arab Saudi kemudian menarik diplomatnya dari Iran. Kelompok pertama tiba di Arab Saudi pada Senin (4/1). Arab Saudi juga telah menghentikan semua penerbangan dari dan menuju Iran.
Menyusul Arab Saudi, Bahrain dan Sudan pada hari Senin juga memutus hubungan dengan Iran dan mengusir duta besar Iran sebagai bentuk protes atas serangan terhadap kedutaan Saudi.
Uni Emirat Arab juga merevisi kembali perwakilan diplomatiknya untuk Teheran.
(ameera/arrahmah.com)