RIYADH (Arrahmah.com) – Harga minyak naik dalam dua hari ini saat Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran, sehari setelah kedutaannya di Teheran diserang untuk memprotes eksekusi seorang tokoh terkemuka Syiah.
Seperti di New York, harga minyak mengalami kenaikan sebesar 3,5 persen. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memperingatkan akan dampak-dampak yang akan terjadi, dan para pengunjuk rasa bersenjatakan batu dan bom menyerang kedutaan Saudi di Teheran pada Sabtu (2/1/2016) dan membakar beberapa bagian dari gedung kedutaan, sebagaimana dilansir oleh The National, Senin (4/1/2015).
Timur Tengah menyumbang sekitar 30 persen dari produksi minyak global pada 2014, menurut Administrasi Informasi Energi.
Arab Saudi dan Iran, masing-masing merupakan produsen minyak yang menempati urutan pertama dan kelima diantara negara-negara OPEC. Kedua negara itu berada dalam posisi yang berseberangan terkait konflik Timur Tengah, dari Suriah hingga Yaman.
“Minyak mengawali tahun baru dengan mengalami kenaikan, karena pasar Asia bereaksi terhadap ketakutan bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah dapat mengancam pasokan minyak,” kata Analis Pasar IG Markets di Singapura, Bernard Aw.
Namun, ia meyakini naiknya harga minyak tersebut hanya akan berlangsung sesaat sebelum kemudian turun kembali mengingat dunia akan terus-menerus kelebihan pasokan sepanjang 2016.”
Pada sekitar pukul 02.30 GMT, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik 48 sen atau 1,30 persen menjadi 37,52 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent untuk Februari diperdagangkan 61 sen atau 1,64 persen lebih tinggi pada 37,89 dolar AS per barel.
Duta Besar Iran di Arab Saudi memiliki waktu 48 jam untuk meninggalkan Arab Saudi, ungkap menteri luar negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, pada Ahad (3/1), di Riyadh.
Krisis ini merupakan yang terburuk antara dua kekuatan regional sejak akhir 1980-an, ketika Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran setelah kedutaan besarnya diserang, menyusul kematian jamaah Iran selama musim haji di Mekkah.
Arab Saudi memproduksi sebesar 10.250.000 barel per hari pada bulan Desember, membantu menjaga produksi harian OPEC di atas 32 juta barel untuk bulan ketujuh, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Iran memompa sebesar 2,7 juta barel per hari dan berusaha untuk meningkatkan ekspor setelah sanksi internasional atas Iran dicabut.
“Kekhawatiran geopolitik terus meningkat, terutama dengan adanya gejolak terbaru antara Arab Saudi dan Iran,” Robin Mills, seorang analis di Manaar Energy Consulting di Dubai, mengatakan melalui telepon dari Inggris pada Ahad.
“Semua indikator pasokan harga minyak masih berupa angka kasar. Iran terlihat akan kembali mendekati pasar minyak, Rusia juga meningkatkan produksi minyaknya, dan sebagian besar negara-negara anggota OPEC memproduksi minyak sebanyak yang mereka bisa.”
(ameera/arrahmah.com)