JAKARTA (Arrahmah.com) – PT. Freeport Indonesia adalah penjajah VOC era baru, demikian ditegaskan pengamat Ekonomi Indonesia Ichsanuddin Noorsy dan dia bersedia mempertanggungjawabkan secara akademik atas pernyataannya itu.
“Jadi secara akademik bisa dipertanggung jawabkan bahwa Freeport adalah neo VOC,” kata Noorsy dalam diskusi ‘Keniscayaan Nasionalisasi Dibalik Sengkraut Freeport’ di Jakarta, Ahad (13/12/2015), lansir aktual.com.
Noorsy menceritakan, ketika Undang-Undang tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara dikeluarkan, Duta Besar Amerika Serikat marah besar.
Ketika itu Dubes AS mengatakan “Ngapain anda mengeluarkan undang-undang baru, itu merusak perjanjian yang sedang berjalan,” tuturnyamengulang pernyataan Dubes AS.
Selain itu, dia menilai Permainan Menteri ESDM Sudirman Said, hanya membongkar skenario yang dirancang yaitu dengan mengubah Undang-Undang Minerba tahun 2009.
Situasi di Kementrian ESDM sendiri masih goncang, ada perebutan kekuasaan yang sedang berlangsung.
Namun Noorsy menyerukan kepada masyarakat untuk tetap fokus mengawal undang-undang Minerba yang sedang direvisi agar Indonesia berdaya atas sumber daya yang dimiliki.
“Indonesia posisinya sangat dibutuhkan dalam percaturan politik ekonomi internasional, makanya banyak upaya pelemahan terhadap Indonesia,” pungkasnya.
Pernyataan sama juga disampaikan oleh Ketua Umum PB Pemuda Muslim Indonesia Muhtadin Sabilly.
“PT. Freeport Indonesia menjadi VOC era baru, dimana politik Devide Et Impere memecah belah bangsa untuk melanggengkan di bumi Papua serta mengeruk kekayaan tanpa keadilan,” kata Muhtadin Sabilly di tempat yang sama. (azm/arrahmah.com)