GEORGIA (Arrahmah.com) – Ayah dari anak gadis murid kelas delapan mengatakan bahwa seorang guru di Sekolah Menengah Pertama Shiloh menanyakan apakah anaknya membawa bom di ranselnya.
Abdirizak Aden mengatakan bahwa putrinya yang mengenakan jilbab sangat marah ketika ia dihentikan oleh seorang guru yang bertanya apa yang ia bawa di tas ranselnya. Guru itu kemudian bertanya apa dia memiliki bom, lansir The Independent (14/12/2015).
“Sangat tidak sopan. Saya datang ke sini untuk belajar,” kata gadis itu. “Pada hari terakhir saya akan mendapatkan nilai ‘A’ atau ‘B’, dan kemudian meninggalkan kelasnya.”
Aden mengatakan bahwa sekarang ia ingin mengeluarkan anaknya dari sekolah tersebut.
“Kami dari Afrika, kami adalah Muslim, kami hidup di Amerika,”katanya kepada AJC. “Saya tidak mengajarkan anak-anak saya untuk membenci orang-orang atau berpikir mereka lebih baik dari orang lain.”
Juru bicara pihak sekolah mengatakan bahwa komentar guru itu tidak sesuai.
Yusof Burke, dewan presiden Georgia cabang Dewan Hubungan Amerika-Islam, mengatakan kepada surat kabar bahwa insiden itu menunjukkan “Tingkat islamofobia memiliki dampak hubungan masyarakat dengan satu sama lain.”
CAIR, kelompok hak-hak sipil dan advokasi terbesar di Amerika Serikat, baru-baru ini mengatakan bahwa Islamofobia telah mencapai tingkat bersejarah di negara-negara barat. Kelompok CAIR mengatakan kepada CNN bahwa lebih dari 63 insiden pelecehan terhadap umat Islam telah tercatat pada tahun ini saja.
(fath/arrahmah.com)