SINAI (Arrahmah.com) – Sedikitnya 15 pengungsi Sudah telah ditembak mati dan 8 lainnya terluka di wilayah Semenanjung Sinai Mesir saat mereka diklaim berusaha untuk memasuki “Israel”.
Berbicara dalam kondisi anonimitas, pejabat keamanan Mesir mengklaim kepada Associated Press bahwa para pengungsi tewas saat terjebak dalam baku tembak antara pasukan keamanan dan penyelundup manusia pada Ahad (15/11/2015).
Sebelumnya di hari itu, bagaimanapun, pejabat mengatakan pasukan telah menembak mati pengungsi Sudan saat mereka mendekati pagar perbatasan yang memisahkan Sinai dengan “Israel” selatan.
Sebagian besar orang diselundupkan melalui Sinai, mereka melarikan diri dari kekerasan di Eritrea, Sudan dan Ethiopia.
Menurut kelompok hak asasi manusia, banyak dari para pengungsi ditembak oleh pasukan Mesir, kadang-kadang fatal, sementara yang lain telah disiksa baik oleh Mesir maupun mereka yang terlibat dalam perdagangan manusia, lansir Al Jazeera.
Gery Simpson, seorang peneliti di Human Rights Watch (HRW) mengatakan bahwa pembunuhan tragis pada Ahad kemarin bukanlah hal yang baru.
“Mesir memiliki catatan penembakan pengungsi Afrika sub-Sahara tidak bersenjata ketika mereka mendekati perbatasan ‘Israel’,” ujarnya kepada Al Jazeera.
“Kami meminta Mesir untuk mengakhiri kebijakan ini, menembak orang-orang tak bersenjata dan menyelidiki mereka yang bertanggung jawab atas kematian ini.”
Namun pasukan keamanan bukan satu-satunya ancaman yang dihadapi oleh mereka yang melewati Sinai. Dalam laporan pada Februari 2014, HRW mendokumentasikan kekerasan sistematis oleh pedagang manusia.
Laporan itu mengatakan bahwa pedagang Mesir telah menyiksa orang-orang Eritrea untuk tebusan di Semenanjung Sinai termasuk melalui pemerkosaan, pembakaran dan mutilasi.
Sejak pengungsi dan pencari suaka mulai datang ke “Israel” pada tahun 2005, jumlah mereka telah membengkan menjadi sekitar 45.000 orang.
Namun “Israel” jarang memberikan suaka kepada mereka yang memintanya, dan memaksa mereka untuk meninggalkan daerah itu, ujar laporan HRW pada September 2014.
Setelah di “Israel” pencari suaka menghadapi serangan fisik sistematis, mereka juga terkadang ditahan dalam waktu yang lama dan panjang dengan klaim telah melakukan “hasutan, kebencian dan rasisme”. (haninmazaya/arrahmah.com)