LONDON (Arrahmah.com) – Inggris harus menerima lebih banyak pengungsi Suriah untuk menanggapi krisis kemanusiaan terhadap orang-orang yang melarikan diri dari konflik, sebuah kelompok yang terdiri dari lebih dari 300 pengacara menuntut dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Senin (12/10/2015).
Kelompok yang mencakup mantan presiden Inggris, Mahkamah Agung, dan tokoh-tokoh lainnya itu menyerukan agar aturan penerimaan pencari suaka dibuat seefektif mungkin ketika mereka pertama kali tiba di negara Uni Eropa.
“Kami menganggap bahwa tawaran Pemerintah Inggris untuk memukimkan kembali 20.000 pengungsi Suriah dari kamp-kamp di Timur Tengah, tersebar selama lima tahun, terlalu rendah, terlalu lambat, dan terlalu sempit,” kata pernyataan itu.
Stephen Sedley, penandatangan petisi dan mantan hakim pengadilan banding, mengatakan bahwa negara Inggris yang “stabil dan makmur” bisa melakukan jauh lebih baik lagi.
“Dalam pernyataan tersebut dijelaskan, semua itu berada dalam kekuasaan Inggris untuk mengurangi lalu lintas perahu mematikan dengan memungkinkan pengungsi dari negara-negara seperti Suriah dan Irak untuk melakukan perjalanan ke sini secara sah untuk mengajukan permohonan suaka,” kata Sedley.
“Sejak perlindungan (pengungsi—red) dari penganiayaan dan perang adalah hak asasi manusia universal, ini berarti mengakui bahwa pemerintah kita yang mengambil tidak lebih dari 20.000 pengungsi Suriah selama lima tahun adalah sepenuhnya tidak memadai.”
Lebih dari empat juta warga Suriah telah dipaksa meninggalkan negara yang dilanda perang sejak konflik brutal pecah pada tahun 2011, dengan jutaan pengungsi lebih internal.
Amal Oxfam menuduh berbagai negara termasuk Inggris, Perancis, dan Rusia telah gagal dalam menangani kasus Suriah.
Menanggapi kritik dari para pengacara, menteri Inggris untuk pengungsi Suriah, Richard Harrington, mengatakan bahwa mengambil pengungsi lebih banyak akan membutuhkan perencanaan yang “hati-hati dan teliti”.
“Kami bekerja sama dengan UNHCR untuk mengidentifikasi dan memukimkan mereka yang berada di daerah yang paling rentan,” kata Harrington.
“Ini juga menghalangi orang dari percobaan perjalanan berbahaya yang telah menyebabkan begitu banyak kematian tragis.”
(fath/arrahmah.com)