JAKARTA (Arrahmah.com) – Anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Dr Abdul Chair Ramadhan menegaskan bahwa merayakan ritual Idhul Ghadir sangat berbahaya bagi masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Idhul Ghadir sangat berbahaya bagi masa depan NKRI, karena melalui hari raya Syiah inilah dilembagakan doktrinisasi ideologi imamah yang berujung pada ketaatan kepada Waly al-Faqih (Rahbar) sekarang ini yaitu Ali Khamenei,” katanya, lansir Hidayatullah.com, Kamis (1/10/2015).
Lebih jauh dia menyebut ritual perayaan Idhul Ghadir merupakan basis ekspansi ideologi imamah Syiah Iran yang sesat dan menyesatkan.
Dalam ritual tersebut, imbuh Abdul Chair, jika mereka yakin bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam menyampaikan surah al-Maidah: 3 bukan di Arafah, melainkan di Ghadir Khum pada 18 Dzulhijjah.
“Mereka (orang-orang Syiah) itu yakin sekali bahwa sempurnanya Islam sangat terkait dengan ditetapkannya Syaidina Ali bin Abi Thalib sebagai suksesor Nabi Muhammad,” ujar Abdul Chair.
Dia menyatakan kewajiban untuk berwilayah kepada imam Ali, sehingga al-Imamah masuk dalam rukun Iman dan al-Wilayah masuk dalam rukun Islam versi Syiah.
“Konsekuensi hukumnya, siapa saja yang ingkar terhadap Idhul Ghadir berarti dihukumi murtad!” ujarnya.
Dia juga menyebutkan orang pertama yang dihukumi murtad oleh Syiah adalah Syaidina Abu Bakar Siddiq dan Syaidina Umar bin Khathab. Karena Syiah mengganggap telah terjadi penghianatan atas perintah dari Nabi Muhammad di Ghadir khum dan Saqifah Bani Saidah yang mengangkat Syaidina Abu Bakar adalah tindakan makar terhadap perintah Nabi.
“18 Dzulhijjah, ternyata tanggal yang sama dengan terbunuhnya Syaidina Utsman bin Affan pada masa kekhalifahannya,” jelasnya.
Kesimpulannya, merayakan ritual Idhul Ghadir adalah sama dengan merayakan terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan Rhadiyallahu anhu.
(azm/arrahmah.com)