DAMASKUS (Arrahmah.com) – Pemerintah Rusia telah meluncurkan serangan udara pengecut di Suriah pada Rabu (30/9/2015), menjadi intervensi militer terbesarnya di wilayah Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir.
Serangan udara ini dianggap sebagai momok berbahaya bagi Washington, karena dua negara tersebut melancarkan serangan udara secara bersamaan dan di wilayah yang sama namun tanpa adanya koordinasi.
Menteri Pertahanan AS, Ash Carter mengatakan ia telah mengarahkan pejabat-pejabat AS untuk bertemu dengan rekan-rekan mereka dari rusia sesegera mungkin untuk membahas jalan yang memastikan mereka tidak masuk ke dalam konflik.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan diplomat Rusia di Baghdad telah memberitahu AS bahwa serangan udara akan dilancarkan dalam beberapa jam ke depan dan memperingatkan bahwa pesawat Amerika yang melancarkan serangan harian harus menghindari wilayah udara Suriah.
John Kerry, Menteri Luar Negeri AS mengatakan peringatan dari Rusia telah diabaikan dan serangan udara AS terus dilancarkan.
Vladimir Putin mengklaim bahwa serangan yang dilancarkan oleh Rusia menargetkan pejuang Daulah Islam (dulu dikenal dengan ISIS), namun fakta di lapangan mengatakan sedikitnya 65 warga sipil gugur dalam serangan pertama mereka.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pasukannya telah melancarkan sekitar 20 serangan lebih di Suriah dan pusat operasi di daerah pegunungan.
Warga Suriah yang tinggal di daerah yang dikuasai pejuang Suriah di provinsi Homs mengatakan angkatan udara Rusia membuat kerusakan baru di kota-kota mereka. Jet terbang di ketinggian yang lebih tinggi dari angkatan udara Suriah dan tidak ada suara untuk mengingatkan orang-orang di bawah akan adanya serangan.
Bahaya di langit
Langkah Moskow berarti bahwa pesawat tempur dari kedua negara teroris tersebut berbagai wilayah langit Suriah.
“Saya sangat prihatin karena belum ada upaya nyata oleh pihak Rusia untuk deconflict serangan udara Rusia di Suriah saat koalisi pimpinan AS memerangi ISIS,” ujar Sekjen NATO, Jens Stoltenberg saat kunjungan ke Amerika Serikat.
Deconflict dalam bahasa militer adalah untuk memastikan bahwa, dalam kasus ini, pesawat Rusia tidak sengaja berbenturan dengan cara apapun dengan pesawat tempur negara-negara Barat.
Pejabat AS berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters, mengatakan bahwa John Kerry telah menghubungi Sergei Lavrov pada Rabu (30/) pagi untuk mengatakan kepadanya bahwa AS menganggap serangan udara Rusia sebagais erangan berbahaya.
Wilayah Homs yang dihantam serangan udara Rusia, dikendalikan oleh beberapa faksi termasuk Tentara Pembebasan Suriah (FSA), ujar aktivis dan penduduk setempat.
Homs adalah wilayah yang sangat penting bagi rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad di barat Suriah. Wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di Homs, telah memisahkan Damaskus dari kota-kota pesisir Latakia dan Tartous, di mana Rusia mengoperasikan fasilitas angkatan lautnya.
Jet tempur Rusia memulai aksinya setelah parlemen Rusia memberikan Putin dukungan penuh untuk melancarkan serangan menyusul permintaan bantuan militer oleh rezim Nushairiyah Suriah.
Putin mengklaim keterlibatan militer Rusia di Timur Tengah hanya sebatas angkatan udara dan bersifat sementara. (haninmazaya/arrahmah.com)