JAKARTA (Arrahmah.com) – Usai Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta merobohkan Masjid Amir Hamzah di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat Agustus 2013 lalu, berikut ini syair lirih alumni IKJ untuk Masjid Amir Hamzah
Masjid Amir Hamzah yang malang…
Terombang ambing.
Terjebak oleh nafsu kekuasaan
Puing-puing batunya menangis pilu bersahut-sahutan.
Di sepertiga malam ku bermunajat pada-Mu.
Meluapkan apa yang kurasa
Aku tahu ku bukan siapa-siapa
Mengapa Engkau membuatku selalu terjaga.
Kau biarkan aku menorehkan jejak langkah.
Lewat tulisan ini tuk Masjid Amir Hamzah.
Ya Allah buang sakitku
Berilah aku kekuatan
Tunjukkan padaku
Siapa yang peduli Masjid Amir Hamzah?
Romaini atau yang akrab disapa Roma, adalah mahasiswa IKJ Angkatan 2002 jurusan teater. Sejak kuliah hingga kini Roma menutup rapat tubuhnya dengan bercadar.
Tentu menjadi unik, ada mahasiswa IKJ bercadar, jurusan teater pula. Namun begitu, Roma bukan tipe wanita yang tertutup. Ia begitu mudah bergaul dan diterima baik oleh teman-teman kuliahnya.
Diakui Roma yang telah menelurkan album single khusus anak-anak “Ayo Belajar” ketika itu hatinya tidak tenang. Ia mencari tahu ihwal kabar masjid akan dibongkar.
“Ketika itu, saat Ramadhan, suasana kampus terlihat sepi. Katanya pada orang yang suka nongkrong di TIM, mereka pun tidak tahu Masjid Amir Hamzah bakal dibongkar. Begitu juga dengan warga Kalipasir yang tinggal dekat kawasan TIM, mereka pun tidak tahu menahu. Ironisnya lagi, Mimazah aktif (rohis IKJ) selaku mahasiswa IKJ juga tidak tahu.”
Anehnya lagi, pengurus Masjid Amir Hamzah sendiri malah kebingungan untuk mencari tempat shalat setelah Masjid Amir Hamzah digusur. Pengurus masjid juga tidak tahu, siapakah yang bakal mengelola Masjid Amir Hamzah, apakah oleh Badan Pengelola TIM atau Yayasan IKJ?
Sepengetahuan pengurus masjid, lahan masjid itu digunakan untuk IKJ. Namun kabar yang beredar, akan difungsikan untuk taman, perluasan lahan parkir dan sebagainya. “Apa tidak ada alasan lain yang lebih penting dari hal tersebut?” ujar Roma heran.
Hingga saat ini tabayyun tetap dilakukan. Pengurus masjid terus berkoordinasi dengan Pemrov DKI Dinas Pariwisata dan Budaya. Berdasarkan prosedur yang berlaku, rumah ibadah umat Islam tidak boleh diabaikan dan sewenang – wenang dibongkar.
Setelah mengetahui, Masjid Amir Hamzah dikelola oleh Badan Pengelola TIM, maka Pemrov DKI mau ‘menyulap’ mushola yang ada di basement Teater menjadi seolah-olah Masjid yang kita kenal sebagai Masjid sementara.
“Diubah bagaimanapun, bagi kami keberadaan masjid di basemant Teater adalah mushola dan selamanya tetap jadi mushola. Keputusan dan kebijakan BPH (badan pengurus harian) Masjid Amir Hamzah tergantung ‘atasan’. Kami tidak ingin mencari ‘kambing hitam’. Pertanyaan kami selama ini adalah siapa ‘otak’ dari semua ini?” ujar Roma heran.
Tidak ada tanda masjid dibangun
Tahun pun berganti. Awal maret 2014 hingga sekarang tak ada tanda-tanda Masjid Amir Hamzah akan dibangun lagi. Berita terkait Masjid Amir Hamzah bermunculan di media. “Jika aktivis Mimazah tahu, Masjid Amir Hamzah akan di bongkar, tentu tidak ada pertemuan mendadak saat bulan suci Ramadhan di tahun 2013.”
Alumni Mimazah yang sebagian besar adalah Alumni IKJ juga tidak akan datang berbondong-bondong hanya sekedar ingin mencari tahu kebenaran tentang Masjid Amir Hamzah.”Dipolitisasi atau tidak, Pemimpin Pemprov DKI Jakarta – harus tetap bertanggungjawab.”
Yang membuat Roma sedih adalah ketika mendengar nasib Masjid Amir Hamzah akan dilakukan pelelangan. “Bila alasan dana yang menjadi penyebab lambannya pembangunan Masjid Amir Hamzah, mengapa Masjid Amir Hamzah dibongkar lebih dulu? Kenapa tidak di renovasi saja seperti gedung-gedung lainnya? Bukankah jauh lebih menghemat biaya?” lagi-lagi Roma bertanya-tanya.
Bukan situs bersejarah?
Yang lebih menyakitkan adalah anggapan Masjid Amir Hamzah dianggap bukan sebagai situs bersejarah, jika dibandingkan dengan bangunan IKJ dan gedung-gedung yang ada. “Apa khusus sebuah masjid perlu menunggu berabad – abad baru dibilang bersejarah? Apa definisi sebuah bangunan bisa jadi bersejarah?” tanya Roma.
Lebih lanjut Roma mengatakan, kalau pun Masjid Amir Hamzah secara administrasi negara belum terdaftar sebagai masjid bersejarah, bukankah Pengurus Masjid Amir Hamzah bisa mengurus hal itu di kemudian hari?
Mengingat Masjid Amir Hamzah letaknya sangat strategis, maka tidak mungkin seorang Gubernur Ali Sadikin menempatkan Masjid Amir Hamzah diperbatasan kampus dan luar kampus tanpa ada maksud dan tujuan. “Seniman yang beriman dan ingat Tuhan tentu menjadi idaman semua orang-orang beriman,” tegas Roma.
Kini dua tahun tak terasa. Terbetik kabar, Badan Pengelola TIM terancam bubar dan semua pegawainya juga terancam di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) termasuk pengurus Masjid Amir Hamzah tidak luput dari PHK.
Yang terjadi adalah PHK massal. Semua jadi serba tidak jelas. Otomatis, Masjid Amir Hamzah pun terkena imbas lagi. Perekonomian semakin sulit dan semua orang bersusah payah mencari nafkah agar bisa bertahan hidup. Semua orang berjuang mewujudkan cita-cita dan mimpinya masing-masing.
“Ketika manusia lebih cinta dunia daripada cinta kepada Allah SWT, siapa yang peduli Masjid Amir Hamzah? Siapa yang peduli Masjid Amir Hamzah? Siapa yang peduli Masjid Amir Hamzah?” begitu Roma mengulang pertanyaannya hingga tiga kali dengan mata berkaca-kaca karena sedih. (islampos.com/arrahmah.com)