OSLO (Arrahmah.com) – Sebuah keputusan untuk melarang Masjid tertua di Oslo dari membantu para pengungsi telah memicu kemarahan di kalangan ummat Islam Norwegia, setelah otoritas imigrasi memutuskan bahwa hanya organisasi “netral” yang diizinkan untuk memberikan bantuan.
“Kami memiliki cukup relawan dan sanitasi yang baik di tempat ini. Jika kami bisa menolong, kami siap,” ujar Arshad Jamil dari Pusat Kebudayaan Islam (ICC), Masjid tertua di Norwegia, mengatakan kepada NRK pada Rabu (9/9/2015).
Tawaran kaum Muslim di Oslo mengikuti kabar bahwa sedikitnya 700 pengungsi baru terutama dari Suriah, akan tiba di Norwegia pekan ini, lansir OnIslam.
Dengan meningkatnya jumlah pengungsi, Direktorat Imigrasi Norwegia (UDI) telah berkoordinasi dengan badan amal dan organisasi lain yang bisa memberikan akomodasi sementara saat mereka tiba.
Memiliki fasilitas yang dibutuhkan untuk tempat berlindung bagi pengungsi, Masjid tersebut menawarkan untuk menampung beberapa pengungsi.
Tawaran itu ditolak setelah UDI mengatakan bahwa direktorat tidak bisa menggunakan organisasi keagamaan.
“Kita bisa menggunakan Salvation Army atau Gereja Kota untuk hal itu, tapi tawaran sebenarnya perlu bersikap netral,” klaim direktur UDI Frode Fortang.
Untuk mengisi kekurangan tempat tidur, seruan pemerintah telah dijawab oleh Palang Merah Norwegia yang bersedia memberikan 60 tempat tidur bagi pengunjung dalam satu malam dan Angkatan Bersenjata Norwegia telah berjanji untuk menyediakan barak militer bekas.
Nama-nama organisasi yang diterima oleh pemerintah menuai kritik dari kalangan ummat Islam yang mengatakan bahwa fasilitas ICC dilihat dari segi apapun berbeda dengan yang dimiliki Gereja Kota.
“Bangunan ini adalah pusat budaya. Masjid hanyalah sebagian kecil dari itu,” ungkap Jamil.
Populasi Muslim yang tumbuh dengan signifikan di Norwegia, saat ini diperkirakan berjumlah 150.000 hingga 200.000 dari 5,2 juta total penduduk Norwegia. (haninmazaya/arrahmah.com)