GAZA (Arrahmah.com) – Keluarga-keluarga Palestina khawatir akan masa depan mereka setelah rumah-rumah mereka dihancurkan pada tahun lalu dalam serangan musim panas oleh pasukan Zionis “Israel” terhadap Jalur Gaza.
Sejak perang berakhir di bulan Agustus 2014, keluarga Abu Shabab telah tinggal di rumah kumuh di Beit Hanoun, utara Jalur Gaza.
Keluarga tersebut berusaha mendapatkan kompensasi finansial untuk membangun kembali rumah mereka di banyak kesempatan, setelah dihancurkan oleh serangan udara pengecut Zionis “Israel”. Namun mereka gagal, dan kini harus membangun pondok baru seadanya yang tidak bisa melindungi mereka bahkan dari hewan liar, reptil atau serangga, seperti dilansir MEMO pada Selasa (8/9/2015).
Musim panas tahun ini menambah lebih banyak penderitaan bagi keluarga mereka.
Mereka menggambarkan rumah mereka sebagai tempat tinggal yang tidak layak huni dan tidak cocok bagi kehidupan manusia. Hanya terdiri dari satu ruang sempit serta pasokan air dan listrik yang terus-menerus terputus.
Rania Abu Shabab saat ini berada dalam trimester akhir kehamilannya dan ia terus merasakan sakit dalam perutnya. Kondisi rumah tempat ia bernaung, tidak membantu meredakan rasa sakitnya.
Samira Khaled, ibu mertuanya, mengatakan kepada kantor berita Anadolu: “Kami bertahan dalam kehidupan yang keras ini, tetapi kami juga menderita marjinalisasi oleh pemerintah.”
Akram Hamid (45), terpaksa membangun kembali rumahnya dari lembaran-lembaran seng dan batang pohon kelapa. Rumah sementara mereka terletak di hadapan lubang yang cukup dalam sekitar 4-5 meter, yang terbentuk setelah jet tempur “Israel” menggempur wilayah tersebut.
“Roket menargetkan rumah kami dan menghancurkan hampir sepenuhnya. Itu menyebabkan lubang yang dalam,” ujarnya kepada Anadolu.
Rumah Hamid hanya terdiri dari dua kamar, delapan anggota keluarganya hidup dalam ruang-ruang sempit tersebut.
Setahun setelah perang, Hamid khawatir mengenai kelanjutkan hidup keluarganya di rumah-rumah darurat.
Pada Juli hingga Agustus 2014, pasukan Zionis melancarkan perang di Jalur Gaza yang tekepung, mengakibatkan kematian lebih dari 2.260 warga Palestina dan melukai lebih dari 11.000 orang, menurut laporan Departemen Kesehatan Palestina.
Sekitar 28.366 rumah juga rusak dalam serangan tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)